All Chapters of Hasrat Liar Paman Suamiku : Chapter 131 - Chapter 140

David menenangkan Laura, apapun yang terjadi sudah kehendak Tuhan jadi tidak ada yang salah.“Sudah jangan menangis, kedepannya kita harus lebih hati-hati lagi.” Pesan David. “Iya Mas,” Laura menyandarkan kepalanya di bahu David. David pun merangkul istrinya menenangkan wanita yang rapuh itu. Keadaan Laura berangsur membaik, dan hari ini dia diperbolehkan pulang hanya anaknya saja yang harus dirawat intensif di rumah sakit sampai organnya benar-benar berfungsi dengan baik. Sesampainya di rumah David meminta Laura untuk istirahat. “Sayang aku tinggal di ruang kerja sebentar ya, kalau ada apa-apa hubungi aku,” pinta David sambil mengecup kening istrinya. “Iya Mas maaf ya gara-gara aku sakit kamu harus menemaniku dan tidak bekerja,” wanita itu kembali merasa bersalah. “Sayang sudah ya jangan terus meminta maaf aku tidak apa-apa, sudah kewajibanku sebagai suamimu selalu berada disampingmu saat kamu sakit.” David pun memberi pengertian kepada Laura dia tidak ingin istrinya terus-ter

“Kenapa? kan siapa tahu dokter lain bisa menemukan titik permasalahan Citra, memang setiap wanita hamil pasti kontraksi tapi kalau kontraksinya terlalu sering itu juga patut dipertanyakan.” Angga pun menjelaskan pendapatnya. Dia juga cukup curiga dengan apa yang dialami Citra. Citra dan Erik nampak manggut-manggut memang benar apa yang Angga ucapkan takutnya dokter Anita memang hanya melakukan pemeriksaan di luar saja tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. “Kalau begitu coba nanti aku rekomendasikan dokter yang lain aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan Citra maupun anaknya.” Viona menggenggam tangan Citra. “Terima kasih Viona.” Ujar Citra. “Tak perlu berterima kasih Citra, kita kan teman jadi seharusnya saling support.” Kini tatapan Citra mengarah ke Erik, dia tersenyum. “Jangan khawatir Erik nanti coba aku carikan dokter yang lain, untuk sementara waktu coba konsultasikan dengan Anita dulu, karena setahuku dia sangat hebat, aku hanya ingin yang terbaik untuk Citra.” R

Pagi itu Angga dan Viona datang ke kantor Erik. Mereka akan membahas kembali kelanjutan meeting mereka semalam. Erik awalnya ingin langsung membuat perhitungan dengan Viona namun tiba-tiba dia berubah pikiran dia ingin melihat apa rencana Viona selanjutnya. “Erik aku titip ini buat Citra dia kan suka pengharum ruangan yang aku beri, ini aku punya lagi, siapa tahu dia cocok dengan aroma ini.”Viona memberikan pengharum ruangan kepada Erik. Pria itu mencium aromanya memang benar-benar menenangkan tapi juga sangat berbahaya.Jelas di dalam pengharum ruangan itu banyak sekali kandungan senyawa yang bisa membahayakan janin. “Harus sekali.” Tangan Erik meremas botol itu kuat-kuat. “Dan aku juga sudah menemukan dokter terbaik untuk Citra, namanya dokter Shanum dokter ini juga Dokter profesional dia juga sering mendapatkan panggilan dari beberapa rumah sakit, nanti kalau kalian mau periksa periksa di dokter ini saja.” Viona memberikan kartu nama dokter itu kepada Erik.Pria itu menerima k

Benar saja Viona mengunggah fotonya bersama Erik di Ssory, Citra yang kebetulan masih memainkan ponsel akhirnya melihat story Viona. Wanita itu tersenyum sinis melihat caption dari Story teman suaminya itu. ‘Selamanya bersama’ itulah yang ditulis oleh Viona. Citra membalas Story itu tanpa marah sedikit pun.‘Semoga kalian menjadi sahabat selamanya’Mendapatkan balasan dari Citra Viona sungguh senang. “Terima kasih Citra,” balas Viona. Setelah Erik tiba di rumah Citra menunjukkan Story yang diunggah oleh Viona. Wanita itu memberengut, meskipun tahu kalau itu demi rencana mereka tapi tetap saja Citra merasa cemburu. Erik menghela nafas, Pria itu lalu meletakkan ponsel sang istri. Dia menatap Citra menjelaskan kalau tidak usah dimasukkan di hati apapun postingan Viona. “Tapi kamu ya jangan mau diajak foto bersama kaya gini.” Protes Citra. Erik kembali menjelaskan, dia juga tak suka memainkan sandiwara ini. “Baiklah sayang.” Kata Citra lalu mengajak Erik untuk segera istirahat.

Dengan membawa hasil USG dan pemeriksaan dari dokter Viona datang ke kantor Erik. Dia sudah tidak sabar berbagi kesenangan ini dengan CEO perusahaan itu. Ketika Viona masuk ruangan Erik, dia terkejut melihat Angga. Kebetulan Angga sedang membicarakan masalah bisnis dengan sahabatnya. “Eh Angga kamu di sini?” tanya Viona yang tak senang ketika melihat temannya itu. “Iya kami sudah membahas kerjasama,” jawab Angga yang kemudian melanjutkan obrolannya dengan Erik. Mereka mengabaikan kehadiran Viona karena memang bahasan mereka lebih penting daripada hanya sekedar basa-basi saja dengan wanita itu. Diabaikan membuat Viona kesal tapi dia tidak bisa mengungkap kekesalannya. “Jadi menurutmu bagaimana Erik? apakah kerjasama ini menguntungkan?” Pria berwajah kalem itu menatap wajah Erik. “Kalau dilihat dari segala aspek sih cukup menguntungkan tapi kendalanya masih cukup besar.” Jelas Erik yang sedikit meragu dengan kerjasama itu. Angga kembali berpikir, apakah dia harus menghentikan