Darian melirik jam tangan mahal di pergelangan tangannya untuk kesekian kali. Setiap detik di ruangan ini terasa seperti siksaan baginya. Ia menoleh ke arah Mamanya, Jasmine dan para tetua, memasang wajah penutup yang paling sopan yang bisa ia kumpulkan. "Mama, Papa, Kek, Nek," suara Darian rendah namun cukup tegas untuk menghentikan percakapan di Meja Utama. "Saya harus pamit sekarang. Ada urusan mendesak di Arcus yang membutuhkan kehadiran saya segera." Sofia Jasmine menatap putranya dalam-diam, ia tahu persis "urusan mendesak" itu berada di kamar rumah sakit, bukan di kantor. "Begitu ya? Baiklah, Darian. Hati-hati di jalan. Terima kasih sudah datang untuk Mama." "Jangan bekerja terlalu keras, Rian," timpal Nenek Martha sambil menepuk tangan Darian. "Kabari Nenek kalau teman wanitamu itu sudah membaik." Darian mengangguk pelan, mencium tangan kakek dan neneknya, lalu berbalik pergi tanpa sekali pun melirik ke arah keluarga Adhiyaksa yang duduk membeku. Ia melangkah
Last Updated : 2025-12-23 Read more