Tama menepuk-nepuk pipi Rey, suaranya tercekat. "Lo harus bertahan, Rey!"Tak lama, sirine ambulans meraung. Dua mobil gawat darurat berhenti. Petugas dengan sigap memindahkan Rey dan si tukang ojek ke ambulans yang berbeda.Mobil Tama melesat, memburu lampu merah di belakang salah satu ambulans. Ia memacu mobilnya, menjaga jarak, matanya terpaku pada jalan. Motor tukang ojek sudah dikerumuni warga, diamankan di pinggir jalan."Anin suruh langsung ke rumah sakit saja," perintah Tama, pandangannya lurus ke depan, bahkan tak menoleh pada Rani yang duduk di sampingnya. Ia terus menyeimbangkan laju kendaraan dengan dua ambulans di depannya.Rani merogoh tas kecil di pangkuannya, ponsel di tangan. Jemarinya menari cepat di layar, mengirim pesan singkat agar Anin segera menyusul."Kasihan, Anin pasti merasa bersalah," ujar Rani, menyandarkan punggung ke kursi setelah ponsel kembali masuk tas."Semoga Rey nggak apa-apa," jawab Tama, napasnya berembus. "Untung dia terpental ke pinggir, bukan
Last Updated : 2025-11-03 Read more