Library

Search

Home / Romansa / Tenang, Bos, Aku Cuma Mau Hartamu / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Tenang, Bos, Aku Cuma Mau Hartamu: Chapter 81 - Chapter 90

100 Chapters

Bab 81

Yunita duduk berlutut di atas lantai dan membongkar kopernya, tetapi tidak menemukan syal Hermes itu."Nggak mungkin ...." Dia bergumam, "Aku jelas-jelas memasukkannya ke dalam kantong ini."Hari itu, Yunita mengemas kopernya dengan marah dan hanya dengan asal menjejalkan barang-barangnya ke dalam koper. Dia begitu menghargai syal itu dan sengaja menyimpannya dalam sebuah kantong kain yang indah. Waktu itu, dia juga memasukkannya ke koper.Sekarang, dia telah mengeluarkan semua barang dari kopernya hingga isinya berserakan di lantai. Ada piama sutra, beberapa setelan kerja, pakaian dalam, beberapa aksesori kecil ....Semuanya barang-barang itu terpampang jelas di bawah cahaya, tetapi hanya sapu tangan itu yang hilang.Yunita menggigit bibir bawahnya dan mencoba mengingat detail hari-hari sebelum dia meninggalkan apartemennya dengan Mikkel. Seingatnya, sehari setelah dia menemukan syal itu, dia sempat mengambil beberapa foto dan memostingnya ke media sosial. Postingan itu memiliki suka

Bab 82

Di kamar rawat inap.Di atas ranjang pasien yang luas, Finella tanpa sadar meringkuk dan dahinya bersandar di lekuk leher Christian. Posisi mereka sungguh mesra.Di tengah malam, napas Christian tiba-tiba memburu dan butiran keringat mulai terbentuk di dahinya. Finella yang mudah terbangun segera merasakan gerakan di sampingnya. Dia membuka mata dan duduk di tempat tidur.Dia menemukan kening Christian yang berkerut erat, sedangkan kedua pipinya sangat merah. Dia pun merasa cemas dan meletakkan tangannya di dahi Christian. Rasa panas yang membakar langsung menjalar di telapak tangannya. "Kok panas banget?" Finella pun terkesiap. "Apa dia demam?"Pada saat ini, Christian seperti sedang menggumamkan sesuatu. Finella pun mencondongkan tubuhnya dan akhirnya mendengar apa yang dikatakannya."Keluar! Keluar kalian semua!" Suaranya sangat pelan, tetapi terdengar sangat galak.Finella pun terkejut. 'Kenapa dia juga segalak itu dalam mimpi?'Dia menarik napas dalam-dalam dan mengguncang bahu C

Bab 83

Finella mengisi baskom dengan air hangat, lalu merendam handuk ke dalamnya dan memerasnya. Setelah itu, dia membuka kancing baju Christian dan mulai menyeka tubuhnya dengan lembut.Finella menyeka tubuh Christian dengan sangat teliti. Dia terlebih dahulu menyeka bagian dada, lalu baru menyeka bagian perut. Dia menghindari tangan kanannya yang ditusuk jarum infus.Christian benar-benar kasihan. Tangan kirinya sudah patah, sedangkan tangan kanannya harus ditusuk jarum infus.Christian menatap profil wajah Finella yang fokus. Perasaan hangat pun mengalir di hatinya."Ayo balik badan," ucap Finella dengan pelan.Christian menurut, lalu menoleh ke samping dan merasakan handuk itu perlahan-lahan bergerak di punggungnya."Kenapa kamu begitu pandai merawat orang? Apa kamu dulunya seorang perawat?"Gerakan Finella terhenti sejenak. Dia terkekeh dan menjawab, "Emm. Dulu, aku sering jadi relawan. Jadi, aku lumayan pandai merawat orang."Christian teringat bagaimana Finella pernah mempertaruhkan n

Bab 84

Selanjutnya, Finella nyaris tidak pernah meninggalkan sisi Christian. Dia mengukur suhu tubuh Christian, memeriksa sisa dan laju aliran infus, memberinya air saat dia haus, dan menyelimutinya saat dia kedinginan. Intinya, Finella sangat perhatian.Selama periode ini, dokter dan perawat juga datang beberapa kali. Setelah semua orang sibuk hingga pukul tiga subuh, suhu tubuh Christian akhirnya turun menjadi 38 derajat. Meskipun demamnya belum sepenuhnya hilang, dia sudah merasa jauh lebih baik. Finella duduk lemas di sofa dan hendak memejamkan mata untuk sejenak. Namun, dia tiba-tiba mendengar pria itu memanggil namanya dengan lembut, "Nella ...."Dia segera menghampiri Christian dan bertanya dengan lembut, "Ada apa? Apa kamu merasa nggak nyaman?"Christian bergeser ke samping dan menepuk-nepuk tempat tidur di sisinya dengan tangan yang masih diinfus. "Ayo tidur bareng.""Aku nggak ngantuk. Aku masih perlu awasi kamu," jawab Finella. Dia memaksakan diri untuk tetap bersemangat, tetapi m

Bab 85

Sebelumnya, Finella terlalu sempurna hingga terasa tidak nyata. Oleh karena itu, setelah mereka melakukan hal yang paling intim sekalipun, rasanya seperti masih ada penghalang di antara mereka yang mencegah mereka untuk sepenuhnya saling mendekati.Finella menatap Christian sambil melongo. Menunjukkan sisi aslinya? Jika dia benar-benar melakukannya, hasilnya mungkin akan sangat berbeda. Orang sepertinya akan langsung tamat begitu sisi aslinya terekspos. Jadi, dia harus menyembunyikan sisi itu dengan baik.Keduanya mengobrol sebentar, lalu rasa kantuk perlahan-lahan mulai menyerang. Suara Finella makin pelan hingga akhirnya hilang.Christian mengelus rambut halus Finella dengan jari-jarinya dan membelainya sesekali."Nella," bisiknya tiba-tiba. "Kamu sudah tidur?"Suaranya tidak besar, tetapi terdengar sangat jelas di kamar yang sunyi."Hmm?" Finella yang memejamkan mata menjawab dengan bingung, juga tidak mendongak. Setelah menunggu sejenak, dia masih tidak mendengar kata-kata selanju

Bab 86

Keesokan siangnya.Christian duduk di atas ranjang rumah sakit. Di depannya, ada meja persegi kecil yang berisi laptop dan beberapa kontrak di atasnya. Setelah semangatnya pulih sedikit, dia pun mulai bekerja dan sudah bekerja lebih dari satu jam.Finella memperhatikan dari samping tanpa berusaha menghalanginya karena dia tahu itu sia-sia saja. Saat dia masih bekerja sebagai sekretaris Christian, dia pernah melihat sisi gila kerja Christian.Sampai tiba waktunya minum obat, Finella baru perlahan-lahan berdiri. "Chris, kesampingkan dulu kerjaanmu. Ayo minum obat."Finella menyerahkan obat dan segelas air hangat kepada Christian.Tanpa mengangkat tangannya, Christian menoleh ke arah Finella dengan mulut setengah terbuka. "Suapi aku.""Kenapa kamu begitu malas?" keluh Finella, tetapi dia tetap menurut. Dia menaruh obat itu ke mulut Christian, lalu menyuapinya minum air. "Minumnya pelan-pelan."Dia mengelus punggung Christian dengan lembut."Tok, tok, tok!"Baru saja Christian selesai minu

Bab 87

Martin, Yovan, dan Xavier menatap lekat-lekat kedua orang di seberang yang sedang membeku dalam pose mesra. Finella yang terlihat jelas dikejutkan oleh ketiga orang itu segera melepaskan lengannya dari leher Christian."Halo semuanya," sapa Finella sambil tersenyum sopan.Ketiga orang itu tersadar kembali dan langsung menjawab sambil tersenyum. "Halo, Kak Nella.""Halo, Nella.""Ngapain kalian datang kemari?" tanya Christian dengan kening berkerut. Dari ekspresinya, terlihat jelas bahwa dia sama sekali tidak menyambut kedatangan mereka."Dengar-dengar, kamu nyaris jatuh ke dalam laut semalam. Mana mungkin kami nggak datang jenguk kamu?"Martin berjalan ke sisi tempat tidur sambil menyeringai. Dia meletakkan keranjang buah di meja samping tempat tidur, lalu matanya tertuju pada wajah Finella. Ini bukanlah pertemuan pertama mereka. Tiga tahun lalu, dia telah mengenal Finella yang masih adalah sekretaris presdir Grup Pradipta."Kak Nella, kamu masih tetap semenawan biasa.""Terima kasih.

Bab 88

Ketiga orang yang diusir itu berjalan berdampingan di koridor rumah sakit.Martin mengelus dagunya. "Menurut kalian, Chris benar-benar sudah jatuh cinta sama Finella?"Xavier menjawab dengan tenang, "Seharusnya begitu. Ini pertama kalinya aku melihatnya begitu perhatian sama seorang wanita."Martin tiba-tiba menghentikan langkah kakinya dan memasang ekspresi serius. "Menurut kalian, yang ada di dalam kamar tadi itu memang Chris yang asli?""Apa maksudmu?"Xavier dan Yovan berhenti bersamaan, keduanya terlihat bingung. Martin berkata dengan serius, "Aku selalu merasa dia itu cuma penipu yang menyamar jadi Chris."Xavier dan Yovan bertukar pandang, lalu tertawa terbahak-bahak setelah beberapa detik. "Hahaha! Martin, kamu kebanyakan nonton drama, ya? Penipu yang menyamar, bah! Di hari Chris kembali, dia sudah lakukan tes DNA. Dia memang Chris yang asli. Lagian, apa kamu lupa gimana dia hampir patahkan tanganmu saat pertama kali kita bertemu setelah dia kembali? Reaksi spontan seperti it

Bab 89

Meskipun berkata begitu, suara Martin malah terdengar agak goyah.Yovan tidak memercayainya, tetapi juga malas menyelidiki lebih lanjut. "Sudah, cepat ceritakan apa yang kamu temukan."Martin juga tidak membuang-buang waktu, "Sikap Chris ke Finella lumayan galak, sama sekali nggak ada kelembutan cowok terhadap cewek ...." Setelah berbicara sampai di sini, dia mengangkat sebelah alisnya dan menambahkan, "Kamu seharusnya ngerti maksudku."Yovan bertanya, "Segalak apa?"Martin menjawab, "Suatu kali, waktu aku pergi cari Chris di kantornya, aku sudah dengar suaranya memarahi Finella dari kejauhan. Kata-katanya nggak terlalu kasar, cuma omelan biasa. Tapi waktu berdiri bersama, mereka kelihatan murni seperti atasan dan bawahan.""Aku benar-benar nggak temukan ada sesuatu yang ambigu di antara mereka. Makanya, aku sulit banget buat percaya mereka sudah diam-diam bersama di saat itu."Namun, hubungan itu juga hanyalah ucapan sepihak Finella. Martin sebenarnya kurang percaya.Mendengar ini, Yo

Bab 90

Di kamar rawat inap.Christian duduk bersandar di kepala tempat tidur. Jari-jari rampingnya menari di atas keyboard dan dia terlihat fokus. Finella duduk di sampingnya sambil mengupas apel."Tok, tok, tok!"Terdengar ketukan pelan di pintu kamar. Sebelum orang di dalam sempat menjawab, seseorang sudah membuka pintu dan berjalan masuk. "Kak, dengar-dengar, kamu masuk rumah sakit. Aku datang untuk menjengukmu."Nelson berjalan masuk sambil tersenyum dan membawa sebuket bunga lili.Menjenguk pasien dengan membawa bunga lili? Sudah sangat jelas bahwa dia datang bukan untuk berkunjung, melainkan untuk mencari masalah.Finella melirik wajah pria yang berseri-seri itu. Entah apa yang membuat pria itu begitu bangga. Jika bukan karena Christian sudah amnesia dan menjadi lebih penurut, Nelson pasti sudah diusir sebelum sempat membuka mulut.Tanpa mendongak, Christian berujar, "Pak Nelson begitu senggang? Sepertinya departemen yang tangani proyek luar negeri lagi senggang banget akhir-akhir ini."

PREV

...

NEXT

SCAN CODE TO READ ON APP

DMCA.com Protection Status