Wanita itu tiba-tiba mengangkat tangannya ke udara. Dari kekosongan, sebuah pedang muncul seolah dipanggil dari dimensi lain. Bilahnya berkilau perak, sementara gagangnya berwarna hitam legam, dililitkan seperti tali yang menua oleh waktu. Udara di sekitarnya bergetar ringan, menandakan bahwa benda itu bukan pedang biasa.“Benar-benar makhluk bodoh kau ini,” ucapnya dengan nada tajam, matanya menatap lurus ke arah Satria. Langkah kakinya terdengar mantap saat keluar dari teras rumah, setiap langkah memancarkan wibawa yang membuat udara di sekitarnya menegang. Kini ia berdiri tepat di depan Satria, jarak di antara mereka hanya sejengkal, seolah dua binatang buas siap menerkam kapan saja.Senyum lebar terbentuk di wajah Satria. “Heh, akhirnya ada juga yang berani melawanku.”Tatapan mereka saling beradu. Dalam hening yang tebal itu, aura keduanya perlahan menyala. Sementara itu, Angkara memutuskan untuk mundur bersama Bima. Ia menggendongnya dan melompat jauh ke belakang, mencari posi
Última actualización : 2025-10-16 Leer más