Aku hendak berbalik pergi, tapi Liana kembali menghalangi jalanku dengan tubuh mungilnya. Dia merentangkan tangan, matanya memancarkan kepanikan yang mendesak.“Rey! Tunggu dulu! Jangan pergi!” sergahnya. “Maksudku… bisakah kamu melakukannya sekarang? Kebetulan temanku itu, Clara, dia ada di hotel ini juga. Dia menginap di lantai 10. Jadi kamu nggak perlu ke mana-mana.”Aku berhenti sejenak, menatapnya datar. “Di sini?”“Iya! Dia bosan di rumah sakit, jadi orang tuanya menyewa suite di sini biar dia bisa istirahat dengan nyaman. Please, Rey. Cuma sebentar kok. Kamu tinggal pencet tombol lift, naik sedikit, beres kan?” bujuknya dengan nada memelas.Aku menggeleng pelan. Pengobatan saraf itu memakan waktu dan energi. Aku harus menyalurkan Qi atau tenaga dalam, dan itu akan membuatku lelah. Selain itu, aku khawatir Amanda terbangun di atas sendirian. Kalau dia bangun dan aku tidak ada, dia bisa panik dan meneleponku.“Aku nggak bisa, Liana. Istriku menungguku di kamar. Aku nggak bisa nin
Last Updated : 2025-11-30 Read more