“Kamu tenang aja, Sayang. Nggak akan ada yang terluka. Semua akan baik-baik saja! Aku janji akan membereskan ini,” ucapku sambil memegang kedua bahu Amanda, berusaha menyalurkan keyakinan lewat tatapan mataku.Amanda mengangguk lemah, air mata masih menggenang di pelupuk matanya.“Gimana mau tenang, Rey! Ini bukan masalah biasa. Ini ancaman nyata! Ada bom molotov meledak di depan rumah kita!” sergah Lydia dengan napas memburu.Dia bangkit dari sofa, menatapku dengan sorot mata yang menyala-nyala antara marah dan panik.“Kita ini nggak butuh kata-kata manis, kata-kata penenang, atau semacamnya! Kita butuh perlindungan nyata, Rey! Kamu ngerti nggak sih?!” bentaknya lagi.Aku menarik napas panjang, menelan egoku bulat-bulat. Aku tahu dia panik.“Iya, aku paham, Ma. Makanya, aku coba buat hubungi temanku untuk meminta bantuan menjaga rumah ini,” kataku dengan nada rendah, berusaha tidak terpancing emosi.Lydia mendengus kasar. Dia kembali menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa sambil
Last Updated : 2025-11-29 Read more