Mereka baru saja pulang. Begitu pintu kamar tertutup, Abra langsung menarik istrinya ke dalam pelukan, memeluknya dari belakang. “Merujuk pada semua yang saya berikan itu tidak gratis—” “Mas…” Serayu terkekeh kecil, geli sekaligus gugup oleh nada yang diucapkan suaminya. Abra menunduk, mengecup pipi istrinya yang merona. Malam kian menebal, sementara dingin dari luar jendela berbeda dengan kamarnya begitu hangat. “Mas—” Serayu tak sempat melanjutkan kalimatnya, tertahan, ketika Abra semakin dalam menunduk. Ciumannya tidak berhenti di pipi. Ia bergerak turun, perlahan, menemukan ceruk leher yang selalu membuatnya kehilangan kendali. Di sana ia berhenti, berlama-lama mencium wangi istrinya dengan tamak. Serayu memejam, tubuhnya melemah dalam pelukan itu. Abra merengkuhnya semakin erat, seakan ingin mengungkapkan rindu yang menggebu. Abra memutar tubuh mungil istrinya—meraih dagu Serayu untuk mengangkat wajah, menatap mata Serayu seolah mencari izin. Serayu tidak berpaling,
Last Updated : 2025-12-11 Read more