Semua Bab Terperangkap Hasrat Anak Tiriku: Bab 21 - Bab 30

Sera tidak menjawab hanya diam sambil beberapa kali menelan saliva. Ia tidak menduga Axel akan bertanya seperti ini.Karena melihat reaksi Sera yang diam saja, membuat Axel membuka suara lagi.“It’s okay. Kamu tidak perlu menjawab sekarang. Masih banyak waktu, kok.”Axel menoleh sambil mengedipkan sebelah matanya ke Sera.Sera buru-buru memalingkan wajah keluar jendela. Beberapa hari ini ulah Axel membuat jantungnya tak karuan dan dia jadi kesal sendiri.Selang beberapa saat mobil yang dikendarai Axel melambat. Sera melihat ponsel untuk memastikan jika mereka tidak salah jalan.“Apa kita sudah sampai?” tanya Sera.Axel terdiam sesaat sambil memperhatikan keluar jendela.“Iya, sekitar sini.”Sera mengarahkan pandangannya keluar mobil. Ia melihat keadaan kanan kiri tampak sepi, hanya beberapa rumah penduduk saja yang terlihat. Bahkan Sera tidak melihat ada ruang publik di sana.

Alih-alih menolak ciuman Axel, Sera malah sebaliknya. Tangannya dengan rileks merangkul leher Axel. Menarik pria tampan itu semakin mendekat padanya dan membalas semua perlakuannya.Axel mengulum senyum, melihat sikap kooperatif Sera. Ciuman yang awalnya hanya kecupan seketika berubah menjadi pagutan yang mendalam. Tidak hanya bibir mereka yang bertemu, bahkan tangan Axel sudah memeluk tubuh Sera. Menelusup masuk ke balik tanktop Sera menyentuh sisi sensitifnya.Tanpa sebab ada geleyar aneh yang terus menyusur memenuhi dada Sera saat Axel menyentuhnya, berbanding terbalik ketika ia bersama Regan. Axel begitu lembut memperlakukannya dan sama sekali tidak membuat Sera kesakitan.Perlahan ia menggiring Sera ke kasur hingga tubuh wanita cantik itu terhempas lebih dulu di atasnya.BRUK!!!Sera tercengang saat menyadari sudah berada di atas kasur dengan Axel menindih tubuhnya. Napasnya tersenggal naik turun dengan mata yang menatap Axel.Hening beberapa saat, hanya kedua pasang mata mereka y

Pukul enam pagi, Sera terbangun. Entah kenapa kepalanya terasa pusing, seperti berputar-putar. Bisa jadi gara-gara kehujanan kemarin, membuat Sera masuk angin.Sera bangun dengan perlahan sambil memegang kepalanya. Pekerjaannya banyak hari ini dan dia tidak mau membolos.“Lebih baik aku minum obat saja. Pasti gara-gara kehujanan kemarin, aku masuk angin,” gumam Sera.Dengan terhuyung-huyung, Sera berjalan ke kamar mandi. Ia sengaja mandi dengan air hangat dan membasahi rambutnya. Siapa tahu dengan begitu ia akan lebih segar.Beberapa saat kemudian, Sera tampak sudah duduk di ruang makan menikmati sarapan. Semalam Axel pulang ke apartemennya, jadi pagi ini Sera sarapan seorang diri.Menu sarapan pagi ini begitu menggunggah selera. Nasi goreng seafood dengan telur mata sapi, acar dan juga ayam goreng. Hanya saja, perut Sera merasa mual jadi dia tidak bisa menghabiskan makanannya.“Kamu baik-baik saja?” tanya Axel saat m

Sera membeku di tempatnya. Matanya mengerjap beberapa kali sementara tangannya tampak gemetaran memegang test pack.Ia bingung harus senang atau sebaliknya. Bagaimanapun kehamilan pada sebuah pernikahan adalah yang dinantikan seorang wanita. Hanya saja, Sera kebingungan benih siapa yang dikandungnya kali ini. Axel atau Regan?“Ya Tuhan … aku harus bagaimana sekarang?”Sera terdiam, menyandarkan kepala ke dinding kamar mandi sambil memejamkan mata. Setelah beberapa saat, akhirnya Sera bangkit dan menyimpan hasil test packnya ke laci vanities.Ia akan menunggu Regan datang dan memberitahunya nanti. Untuk sementara, Sera akan menyimpannya saja.Entah pukul berapa tepatnya, Sera merasa sebuah tangan sedang melucuti bajunya dengan paksa. Sera membuka mata dan terkejut saat melihat Regan yang melakukannya.“REGAN!!!” Mata Sera membola sambil menatap suaminya.Regan tersenyum menyeringai sambil melihat Sera den

“Regan, kamu mau kemana lagi? Bukankah kamu baru datang?” tanya Sera sore itu.Ia senang saat Regan pulang sore, hari ini. Sera berencana akan mengatakan mengenai kehamilannya dan meminta Regan mengantarnya ke rumah sakit. Namun, ia langsung terkejut saat melihat Regan sudah berganti baju dan berpenampilan rapi.“Maaf, Sayang. Aku ada pertemuan bisnis malam ini. Aku tidak bisa menemani kamu.”Sera membisu, menelan saliva sambil menatap Regan tanpa kedip. Sejak pacaran dulu, Sera sudah tahu jika Regan selalu mengutamakan urusan pekerjaannya. Bahkan Regan rela meninggalkannya seorang diri untuk merayakan ulang tahun sementara dia sibuk mengurusi bisnisnya.Dulu, Sera berpikir jika Regan pria dewasa yang lebih mengutamakan masa depan. Apalagi setiap Regan membahas jika ia lakukan itu semua untuk Sera, untuk masa depan mereka. Hanya saja, setelah menikah kenapa sikap Regan tidak berubah. Padahal, Sera ingin lebih banyak menghabiskan wa