Rani sontak berdiri, napasnya tercekat. Dari balik tirai, ia melihat bayangan Bima turun dari motor, langkahnya cepat, wajahnya tampak letih sekaligus curiga. Seketika tubuh Rani gemetar. “Kak …, sembunyi, Kak!” bisiknya panik sambil menarik tangan Fabio. Fabio menatap wajah kekasihnya yang penuh ketakutan. Ada rasa getir di dadanya—setiap kali seperti ini, ia selalu jadi orang yang harus bersembunyi. Padahal dalam hatinya sudah lama ia ingin berdiri di depan Bima dan mengatakan semuanya. Membiarkan semuanya pecah saja, asalkan Rani bebas. “Biarkan aku yang menghadapinya,” ucap Fabio pelan, tapi suaranya tegas. Ada nada dingin, seperti seseorang yang sudah muak bersembunyi. Rani tersentak. “Tidak! Jangan—kumohon, Kak!” Kepanikannya terdengar jelas, matanya memohon penuh luka. “Tolong …, pergi saja. Jangan buat aku makin susah.” Kata-kata itu membuat dada Fabio terasa dicekik. Ia menatap Rani lama sambil menahan amarah, menahan rasa tidak berharga dan menahan cintanya yang sel
Last Updated : 2025-12-05 Read more