Senian menggigil, separuh tubuhnya ingin larut lebih jauh, tapi kesadarannya masih terjaga. Nathan merebahkannya di Sofa, setiap sentuhannya membuat Senian tidak bisa mengelak. Sensasi bibir Nathan di dadanya, mengecup lembut dan menghisapnya pelan membuat Senian hampir kehilangan akalnya.Tangan Nathan bergerak liar, berusaha menyentuh titik terakhir pertahanan Senian. Senian menahan tangan Nathan yang mulai semakin dalam, menekannya pelan tapi tegas.“Cukup, Nathan…” bisiknya, matanya menatap dalam, bergetar namun kokoh.Nathan menatapnya, matanya merah penuh bara, bibirnya masih dekat dengan kulit lehernya. “Kenapa kamu menghentikannya sekarang?”Senian menghela napas panjang, wajahnya masih memerah. “Karena… ini pertama kalinya bagiku,” katanya dengan lirih, nyaris tak terdengar. “Dan aku… belum siap untuk melangkah sejauh itu.”Keheningan seketika menyelimuti ruangan.Hanya suara jantung mereka yang berpacu kencang. Nathan menutup mata, mencoba mengendalikan dirinya.“Kamu…” suar
Last Updated : 2025-10-10 Read more