Langkah-langkah kecil terdengar bergaung di dalam ruang kosong itu. Nayla berdiri mematung di depan cermin besar, menatap pantulan dirinya yang tampak begitu asing. Rambutnya dibiarkan tergerai, wajahnya pucat tanpa riasan, dan matanya… mata itu tampak letih, seperti kehilangan cahaya. Ia mengangkat tangannya, menyentuh permukaan dingin cermin. “Kamu siapa, Nayla?” bisiknya lirih. “Kenapa kamu kelihatan kayak orang asing buat dirimu sendiri?” Sinta, yang sejak tadi duduk di ranjang, memperhatikan sahabatnya dalam diam. Ada rasa khawatir yang kian menumpuk, tapi ia tahu Nayla tidak suka digurui. Jadi ia hanya berkata pelan, “Kalau kamu capek, istirahatlah. Jangan terus nyalahin diri sendiri.” Nayla tersenyum kecut. “Capek itu udah jadi bagian dari aku, Sin.” Ucapan itu menyesakkan dada Sinta. Ia bangkit, menghampiri Nayla, lalu memeluk bahu sahabatnya erat-erat. “Kamu nggak sendirian. Kalau kamu masih butuh nangis, nangis aja. Kalau kamu masih butuh cerita, aku dengerin. Tapi j
Last Updated : 2025-09-30 Read more