Kadang, yang paling menakutkan bukanlah perpisahan, tapi saat segalanya masih sama—namun tak lagi terasa.Hari itu langit cerah, tapi udara terasa aneh.Nayla duduk di kafe kecil dekat kampus, memandangi dua cangkir kopi di hadapannya. Satu sudah setengah dingin, satunya lagi masih utuh, belum disentuh.Di kursi seberang, Elhan menatap ponselnya tanpa berkata apa-apa.Tak ada pertengkaran. Tak ada amarah.Hanya keheningan yang begitu padat, menyesakkan di antara napas mereka.Seolah dunia memberi jeda agar keduanya menyadari — sesuatu sedang berubah, tapi tak seorang pun berani membicarakannya.“Han,” suara Nayla pelan, seperti ragu memecah hening.Elhan mendongak, wajahnya menegang seolah baru sadar Nayla masih di sana.“Hm?”“Aku nggak tahu kenapa, tapi… kita kayak bukan kita yang dulu,” ucap Nayla akhirnya, lirih namun jujur.Elhan menatapnya lama. Tatapan yang dulu hangat, kini penuh keraguan.“Kenapa kamu ngomong gitu?”Nayla tersenyum kecut. “Soalnya aku ngerasa kita udah mulai
Last Updated : 2025-10-16 Read more