Suara riuh mahasiswa di kantin kampus siang itu seperti sekumpulan gelombang yang bertabrakan. Tawa, panggilan, dan denting sendok di piring bercampur jadi satu. Bagi kebanyakan orang, suasana itu terasa hidup, hangat, dan penuh energi. Tapi bagi Nayla, semua kedengarannya seperti gema jauh yang tak benar-benar menyentuh dirinya. Ia duduk di pojok ruangan, menatap piringnya yang masih hampir penuh. Nasi sudah dingin, ayam gorengnya tak tersentuh. Ia hanya mengaduk-aduk sendok, sesekali memaksa tersenyum saat teman sebangkunya, Livia, mengajaknya bercanda. “Nay, kamu kenapa sih? Kok kayak orang ilang gitu. Lagi sakit ya?” tanya Livia, mencondongkan tubuhnya. Nayla buru-buru menggeleng. “Nggak, kok. Cuma… lagi nggak nafsu makan aja.” “Kalau nggak nafsu makan terus, bisa kurus loh. Nanti makin banyak yang naksir,” goda Livia sambil tertawa kecil. Nayla mencoba tertawa, tapi suara itu hambar. Dalam hati, ia tahu alasannya jelas: sejak pesan singkat dari Elhan malam itu, pikirann
Terakhir Diperbarui : 2025-09-28 Baca selengkapnya