All Chapters of Objek Hasrat Tuan yang Memiliki Segalanya: Chapter 11 - Chapter 20

Seminggu berlalu sejak kejadian di paviliun, selama itu pula Elea berharap tidak dipanggil lagi ke sana. Ketika mendapat tawaran itu, Elea tidak butuh waktu lama untuk memberikan jawabannya. Dia menolaknya mentah-mentah. Meskipun tidak diungkapkan secara gamblang, dia sudah bisa membaca maksud tersembunyi dari penawaran yang diajukan tiba-tiba itu. Pria itu menginginkan dia menyerahkan harga dirinya. Elea sudah bisa menebak apa yang akan terjadi pada hidupnya jika dia menerima tawarannya. Tubuhnya, pun hidupnya, pasti berada dalam genggaman pria yang mempunyai segalanya itu. Elea tidak sudi. Sekali pun itu bisa membuatnya mendapat jalan mudah untuk mencapai segala impiannya, Elea tidak mungkin mau menukarnya dengan kebebasannya. Baginya yang berjiwa bebas layaknya burung yang bisa terbang di alam bebas, kebebasan untuk mengatur jalan hidupnya sendiri adalah segalanya. Dia telah menjalani hidup dengan perjuangan dan pengorbanan. Semua yang dia capai, meskipun kecil, selalu

Penghinaan Rendra meninggalkan luka mendalam di hati Elea. Tidak hanya dilecehkan secara verbal, pria itu juga hampir melecehkannya secara fisik. Sebagai seorang gadis remaja, pengalaman itu meninggalkan trauma yang sulit dia lupakan. Dan bahkan tidak akan mungkin sembuh dalam waktu dekat. Fakta jika dia tidak bisa menceritakan pengalaman menyakitkan itu kepada ibunya membuat Elea berkali-kali lipat lebih frustrasi. Ditambah dengan peraturan yang pria itu buat semena-mena, di mana dia dipaksa menerima tawarannya jika tidak bisa pergi dari wilayahnya dalam waktu satu hari buat Elea kebingungan setengah mati. Bingung dan takut bercampur menjadi satu. Juga marah kenapa pria itu begitu jahat. Apa salahnya sampai harus diperlakukan seperti ini? Apa salahnya sampai pria itu menghancurkan mentalnya yang masih begitu muda? Meskipun Elea sudah menerima banyak kepahitan dalam hidup, tapi pahit yang disebabkan pria itu tidak ada duanya. Di malam saat seharusnya dia sudah jatuh ke ala

Rendra tertegun mendengar permintaan Elea.Permintaan itu, baginya, terasa aneh dan sulit dipahami. Elea meminta dicintai, padahal selama ini Rendra merasa telah memberikan lebih dari sekadar kata cinta. Apa yang telah dia lakukan, semua tindakannya, tidak lain adalah ekspresi dari perasaan yang lebih dalam, yang jauh melampaui sekadar mencintai.Awalnya, dia memang berusaha keras menyangkal perasaannya. Tapi, dia sadar perasaan yang dia miliki kepada Elea lebih dari ketertarikan fisik semata. Hanya saja berada di dekat Elea memang membuatnya tak tahan untuk tidak menyentuh. Tapi, bukan berarti dia hanya mencintai tubuhnya. Dia sangat mencintai Elea sampai tidak lagi bernafsu kepada perempuan lain. Nafsunya kepada Elea tak beda jauh seperti bara api yang sulit dipadamkan.Namun, di sisi lain, Rendra sadar jika dia terus menunjukkan nafsunya yang menggebu-gebu, Elea mungkin akan semakin berpikir jika dia hanya dijadikan boneka seks. Sebabnya terkadang Rendra selalu menahan diri tidak

Supaya dicintai Mas, katanya.Rendra tidak menyangka tingkat kebodohan Elea dalam memahami perasaannya setinggi itu.Tapi, yah, dia juga tidak berniat untuk memberitahukan langsung kebenarannya menggunakan mulutnya sendiri. Mengatakan jika dia mencintainya, rasanya begitu canggung. Ditambah Rendra menganggap, jika dia mengatakan secara gamblang betapa dia mencintai perempuan itu, Elea mungkin akan merasa bisa bersikap semena-mena, terlalu percaya diri dan pada akhirnya tidak lagi mau menurut.Elea adalah seseorang berjiwa bebas, keras kepala, dan penuh keberanian untuk menentangnya. Itu adalah salah satu hal yang Rendra sukai dari perempuan itu. Tapi, di sisi lain, Elea juga punya sisi yang lebih tunduk, sisi yang hanya muncul setelah melakukan perlawanan melelahkan yang tidak ada habisnya. Dan Rendra sangat menikmati juga sisinya yang satu itu.Meski Rendra mencintai Elea, dia selalu ingin Elea takluk di bawah kuasanya. Dia tidak mau Elea kehilangan rasa segan atau rasa takut kepad

“Buka pakaiannya.” Adalah kalimat pertama yang diucapkan Rendra ketika baru saja menurunkan Elea di ranjang kamar mereka. Di bawah tatapan intens Rendra yang berdiri menjulang di hadapannya, Elea menelan saliva kasar. Memang bukan pertama kalinya dia membuka baju di hadapan Rendra. Tapi, anehnya sekarang dia malah merasa malu. Padahal sebelumnya dia tidak pernah merasa demikian. Karena mungkin dibanding malu, rasa marah dan bencinya kepada Rendra lebih mendominasi. Saat menelanjangi dirinya sendiri di bawah tatapan pria itu, biasanya dia menampilkan ekspresi pasrah tanpa minat yang seringkali menginjak ego Rendra. Namun, kali ini situasinya berbeda. Elea sedang dalam misi. Misi untuk berpura-pura menunjukkan bahwa dia mencoba menyukai pria yang selama ini menjadikan hidupnya bagaikan permainan. Kali ini, dia tidak mungkin menampilkan ekpsresi kosong atau sinis seperti biasanya. Meski sulit, dia harus memberi kesan seolah dirinya berdamai dengan segala dominasi pria itu dan ma