Ruang sidang dipenuhi aroma kertas tua, udara dingin dari pendingin ruangan, dan bisikan-bisikan pelan dari para wartawan yang menunggu momen keputusan. Kilatan kamera sesekali menyambar di sela keramaian, tapi di tengah semua itu, Fiona duduk tenang di kursi saksi. Tubuhnya tegap, matanya lurus menatap ke depan. Di hadapannya, Leon duduk di kursi terdakwa, borgol di tangannya berkilat tipis setiap kali ia bergerak gelisah.Suasana di antara mereka seperti pisau tipis yang menggantung di udara—tajam, berbahaya, tapi tak lagi mematikan seperti dulu. Leon menatap Fiona dengan mata merah berurat, ada amarah, tapi juga sesuatu yang lain, kehilangan.Hakim mengetukkan palu ringan, menandai dimulainya sidang. Suara beratnya menggema di ruangan, membungkam semua bisikan.“Kasus atas nama Leon, dengan tuduhan pemerasan, pengancaman, dan penyebaran konten asusila tanpa izin korban, dibuka kembali hari ini untuk mendengarkan kesaksian terakhir dari pihak korban,” ujarnya.Semua mata tertuju
Terakhir Diperbarui : 2025-11-09 Baca selengkapnya