“SYAFANA!” Brak! Syafana tersentak, jantungnya berdegup kencang. Suara meja yang digebrak Ivander menggema di ruangan, memaksanya membungkam.“Jangan pernah ucapkan itu lagi, Syafana!” desis Ivander tajam, matanya menyiratkan kemarahan yang tertahan.“Kenapa? Memangnya aku salah?” Syafana membalas dengan suara bergetar namun penuh amarah. “Aku lelah,Pak Ivander! Lelah dengan semua drama ini! Sejak bertemu denganmu, hidupku jauh dari tenang. Aku digosipkan rekan kerja, selalu jadi bahan perbincangan. Bahkan, karena kamu dan istrimu itu, aku dicap pelakor! Apa kamu tahu bagaimana rasanya jadi bahan omongan orang?! Sekarang, setelah semua ini, kamu masih tidak mau melepaskanku?!”“Cukup, Syafana!” bentak Ivander, rahangnya mengeras. “Sudah kubilang, jangan katakan itu! Sampai kapan pun, aku tidak akan melepaskanmu. Kamu milikku, dan hanya aku yang berhak menentukan jalan hidupmu!”Dengan gerakan tenang, ia menuangkan wine ke gelasnya, lalu menyesapnya perlahan. Matanya tak lepas dar
Last Updated : 2025-10-21 Read more