“Astaga, Pak Ivander membawa Syafana pergi,” gumam Ghaisa, syok.Erlang, yang sedari tadi mengikuti atasannya, segera menghampiri Ghaisa. Senyum manis menghiasi wajahnya, namun matanya menyimpan ancaman tersembunyi.“Gadis manis,” bisiknya, suaranya rendah,”Kamu tahu apa yang harus kamu ucapkan dan tidak ‘kan?”Ghaisa membeku. Bulu kuduknya meremang mendengar nada bicara Erlang yang penuh penekanan. Tanpa berpikir panjang, ia mengangguk cepat. “B-baik, Pak,” jawabnya gugup. “Bagus!”“Pak … turunkan saya! Saya bukan karung beras!” teriak Syafana protes karena Ivander menggendongnya seperti kuli panggul. Suaranya menggema di seluruh ruangan, menarik perhatian pengunjung yang berada di dekat mereka.Erlang, yang sedikit tertinggal, mempercepat langkahnya. Ia menoleh ke arah orang-orang yang menatap penasaran pada Ivander dan Syafana. “Jangan hiraukan, maklum mereka pasangan yang baru menikah,” katanya dengan nada ramah yang jelas dibuat-buat. “Setelah ini pasti ada pertengkaran heba
Last Updated : 2025-11-07 Read more