Semua Bab Enam Tahun dalam Dingin, Saat Kulepas Dia Memohon Cinta: Bab 21 - Bab 30

"Aku akan suruh Anna antar kamu pulang."Jason melepaskan tangannya dan berjalan pergi.Menatap punggung Jason yang meninggalkannya, Sindy menggenggam gelang di tangannya erat. Tatapannya tajam dan kejam.Sialan kamu, Clara.Wanita itu tidak layak berebut pria dengannya.Sindy mengeluarkan ponselnya, lalu berjalan ke samping, dan dengan cepat menekan sebuah nomor.…Clara berjalan ke tempat parkir. Tak disangka, Nando juga mengikutinya.Saat berbalik, wanita itu agak terkejut. "Kak Nando?"Nando berhenti di depannya dan mengangkat bahu. "Aku percaya padamu, Dik Clara. Kamu bukan orang seperti itu."Clara tercengang. "Kenapa…kamu percaya padaku?""Aku percaya pada penilaian Pak Surya." Nando menyilangkan tangannya. "Tuan Besar Surya nggak pernah salah pandai menilai orang. Tentu saja, aku juga sama. Khususnya, dalam mengenali perempuan jalang."Nando telah berkencan dengan banyak wanita dan bahkan dikenal sebagai 'sahabat wanita' di lingkar pertemanannya.Dia telah bertemu dengan berbag

Sore harinya, Clara baru saja selesai bekerja dan hendak meninggalkan kantor. Dia melihat Sindy muncul di luar pintu ruangannya dan mengetuk pelan. "Dokter Clara."Clara mengangkat kepalanya. Tatapannya terlihat tenang. "Ada apa?""Rumah sakit sedang menegosiasikan proyek pembangunan pusat pengobatan tidur. Ada acara makan dengan pemerintah malam ini. Kamu yang pergi saja."Sindy meletakkan sebuah dokumen di mejanya.Clara melirik dokumen di atas meja dan tiba-tiba tertawa. "Bu Sindy nggak pergi bahas proyek sendiri, tapi malah menyerahkannya kepadaku?""Dokter Clara, kamu masih marah dengan kejadian sebelumnya?" Sindy menjawab sambil tersenyum, "Bagaimanapun juga, kita ini rekan kerja. Aku sangat yakin dengan kemampuanmu. Aku tenang menyerahkan proyek ini kepadamu."Khawatir Clara akan menolak, Sindy menambahkan, "Lagian, ini juga maksud Jason. Jason bilang, mulai sekarang, aku yang bertanggung jawab atas pekerjaanmu. Jadi, aku memintamu untuk membahas proyek ini. Kamu nggak bisa meno

Seorang pria jangkung bersandar di depan mobil sambil mengisap sebatang rokok. Kabut putih kebiruan mengaburkan wajahnya. Matanya yang dalam menyapu jas pria yang menutupi tubuh Clara.Nando refleks melirik Clara, kemudian mengalihkan pandangannya ke Jason. "Pak Jason lagi menunggu orang?"Menunggu orang…Sindy sudah meninggalkan rumah sakit dari tadi. Siapa yang ditunggu Jason?Jangan-jangan dirinya?Saat pikiran ini muncul dalam benak Clara, dia langsung merasa konyol!Jason mengangkat kepalanya dan mengembuskan asap rokok, lalu menginjak puntung rokok di bawah kakinya. Dia menatap tajam pria di samping Clara. "Tuan Nando begitu suka ikut campur masalah orang lain?"Ikut campur masalah orang lain…Kata-kata itu seakan menusuk hati Clara. Bibirnya sedikit memucat.Jadi, benar Jason yang merencanakan agar Sindy menjebaknya malam ini?Memikirkan hal itu, darahnya terasa mengalir balik. Tangan dan kakinya menjadi dingin.Nando menyadari ada yang aneh dengan Clara. Dia menyipitkan matanya

"Kamu menyuruhku ke acara makan, lalu menjebakku ke ruang VIP orang lain. Bahkan, memaksaku minum dan memberiku obat bius." Clara mencibir. "Cara yang digunakan Bu Sindy benar-benar keterlaluan."Para perawat langsung berbisik-bisik, seakan sulit percaya.Ekspresi wajah Sindy berubah. "Bukan aku!""Dokter Clara, semua pejabat pemerintah tadi malam bisa bersaksi. Mereka bilang kamu nggak…""Itu karena nomor ruang VIP yang kamu berikan palsu!""Aku sungguh nggak…"Clara mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan pesan yang dikirimnya tadi malam. "Perlukah aku tanya ke pejabat pemerintah untuk memverifikasinya?"Sindy tiba-tiba membeku.Dia malah melupakan hal ini!Sudut mata Sindy menangkap sosok seseorang. Dia segera meraih tangan Clara agar mengarah ke wajahnya. "Dokter Clara, kamu benar-benar salah paham. Kuakui, aku yang lalai. Aku salah membaca nomor ruangan. Pukullah aku. Aku yang membuatmu dalam bahaya. Aku bersedia menerima semua caci makimu!"Clara ingin menarik tangannya kembali

Sindy tercekat mendengar kata-kata itu dan tampak malu.Apa maksud si jalang ini?Berani-beraninya mengejeknya?Mendengar suara di luar koridor, Sindy meletakkan ponsel kembali ke tempatnya dan berdiri di samping.Jason dan Anna berjalan memasuki ruangan.Pria itu mendongak, lalu mengerutkan keningnya. "Kamu sudah keluar dari rumah sakit?""Ya, dokter bilang lukaku nggak parah. Aku hanya perlu istirahat beberapa hari." Sindy berjalan ke arahnya. Melihat pria itu duduk di kursi dan mengangkat ponselnya, Sindy langsung mengganti topik pembicaraan. "Stefan sudah lama nggak bertemu denganmu. Jason, bagaimana kalau kita makan siang bareng nanti?"Jason tidak membuka catatan panggilan, tetapi hanya melirik grup kerja internal kantor dan menjawab, "Oke."Sindy tampak gembira.Di sisi lain, tidak lama setelah Clara menutup telepon, dia pun pergi ke restoran untuk menemui Nando.Menyadari Nando sudah lama menunggu di sana, Clara mempercepat langkahnya dan menghampiri. "Maaf. Nggak membuatmu men