Ibu masih menatapku tak berkedip, membuatku gelagapan sendiri. Permainan yang kubangun hampir runtuh oleh satu kalimat tak sengaja.“Aku-Ah… iya... begini, Bu,,” sahutku cepat. “Kami memang bicara. Dan bertengkar karena itu. Karena dia menyebarkan cerita itu.”Ibu mengernyit, ekspresinya jelas penuh tanda tanya. “Tapi… seingat Ibu, kau bilang kau mencintai Irish.”Aku meringis. Iya. Aku bilang itu pada Sam.Aku langsung mengibaskan tangan. “Bukan begitu, Bu… Aku bilang aku kecewa dia berbohong soal aku, padahal dia sahabat yang paling ‘aku cintai’. Lalu Ibu masuk dan… ya, Ibu tahu sendiri yang terjadi setelah itu.”Ibu berkacak pinggang lalu mendecak. “Tentu saja Ibu tahu! Kau dengan bodohnya menjatuhkan ponsel ke dalam kloset! Itu hal yang tidak akan Ibu lupakan. Oh Tuhan, Aku…”“Bu…” rengekku lagi, meraup wajah dengan gemas. “Tolong berhenti membahas itu. Lupakan saja, ya?”“Tidak bisa. Kau seharusnya—"Tok tok tok.Ketukan itu memotong omelannya dengan begitu mulus sampai aku hampi
Last Updated : 2025-11-28 Read more