All Chapters of Penyesalan Sang CEO yang Terlambat: Chapter 71 - Chapter 80

Tadi Glenn masih memaksa Emily untuk menemani Finn. Sekarang setelah dia membaca proposal dan isi proyek, Glenn bersama putrinya justru ingin menyingkirkannya begitu saja. Mana ada hal semudah itu di dunia?"Proposal proyek ini, semua bergantung pada kemampuan masing-masing. Aku dan Finn memang punya urusan pribadi yang nggak bisa diputuskan, tapi urusan bisnis semuanya hitam di atas putih. Kalau dia melanggar kontrak, tinggal bayar denda. Grup Hadid maupun aku nggak akan rugi."Ucapan itu membuat Glenn tercekat dan tak bisa membalasnya.Esther pun terperanjat dan menepuk meja dengan keras. "Kakak! Kamu benar-benar nggak tahu berterima kasih. Jangan lupa, Ayah yang memberi pengecualian untuk mempromosikanmu sampai ke posisi sekarang ....""Grup Hadid berdiri karena ibuku yang mempertahankannya. Aku duduk di posisi apa pun, itu sudah selayaknya! Justru kamu, seorang anak yang bahkan bukan lahir dari Keluarga Hadid, cuma menempel nama Hadid di belakangmu, kamu merasa pantas membanting me

Finn sempat ingin bicara lagi, tapi setelah terdiam lama, dia bahkan tidak berani menatap mata Emily. Akhirnya, dia berbalik dan pergi.Brak!Pintu tertutup keras.Esther langsung tertawa terbahak-bahak. "Semakin dalam cintanya, semakin besar pula kebenciannya. Kalimat itu benar-benar pas menggambarkanmu, Emily.""Kalau dipikir-pikir, kamu pasti sangat menyesal dulu pernah mengorbankan segalanya demi Finn, 'kan? Ucapan marahnya barusan saja bikin aku takut mendengarnya. Dengan temperamennya yang meledak-ledak, dulu dia pernah memukulmu, ya?"Esther melangkah semakin dekat, ujung sepatu hak tingginya nyaris menginjak kaki Emily.Emily malas menjawab dan hanya menganggapnya angin lalu.Lantaran tidak mendapat reaksi seperti yang dia inginkan, Esther jelas tak puas. Dia menunduk dan mendekatkan wajahnya, berusaha mencari celah emosi di mata Emily."Finn sudah pergi, 13 tahun hidupmu bersamanya cuma jadi bahan tertawaan. Proyek ini juga batal. Tunggu saja, seluruh perusahaan akan diumumkan

Darah merah segar menetes ke lantai, satu demi satu. Seluruh ruangan mendadak hening.Wanda terbelalak tak percaya. Dia mundur dua langkah, tubuhnya gemetar hebat menatap luka berdarah di punggung tangan Emily. "Aku ... aku nggak sengaja ...."Ding ....Pintu lift terbuka.Finn yang sebelumnya membaca pesan Wanda, langsung bergegas datang. Dia awalnya ingin menghentikan Wanda. Namun begitu melihat luka di tangan Emily, matanya langsung memicing. Dia segera menahan bahu Emily. "Emily! Kamu terluka. Aku antar ke rumah sakit ....""Jangan sentuh aku."Emily meringis menahan sakit, lalu otomatis menyentakkan bahunya untuk menyingkirkan tangan Finn. Dia hendak membuka pintu rumah dengan kode dan masuk agar bisa merawat lukanya sendiri. Luka itu tampak banyak berdarah, padahal hanya goresan tipis, bukan cedera serius.Namun, pintu lift kembali terbuka.Zeno muncul dengan wajah cemas. "Bu Emily, Anda terluka! Pak Kristof sudah hampir sampai di lobi, biar saya antar Anda ke rumah sakit!""Ngga

Kening Norman berkerut dalam, dia langsung menyuruh orang untuk menyelidikinya.Tak lama kemudian, asistennya berlari kembali dengan napas terengah-engah. "Dikabarkan, properti di ibu kota itu dihuni bersama oleh Pak Finn dan Bu Wanda.""Dia membelikan rumah untuk Wanda?"Dalam sekejap, wajah Norman memerah karena amarah. Begitu teringat pada Wanda si wanita oportunis itu, suaranya langsung meninggi. "Wanda itu bukan istri sah, kenapa Finn berani menggunakan alasan pekerjaan untuk membelikannya rumah di ibu kota!""Urusan pribadi dengan wanita saja sudah keterlaluan! Sekarang dia bahkan berani menyinggung Keluarga Maison. Apa dia nggak takut seluruh keluarga kita hancur? Suruh dia segera minta maaf pada Kristof, sekarang juga!"Usai bicara, amarah membuat dada Norman terasa sesak. Dia terbatuk keras hingga hampir harus dibawa ke rumah sakit. Untuk sementara, dia tidak sempat lagi memikirkan siapa yang sebenarnya mengirim pesan kabar ini.Berita itu menyebar dengan cepat di seluruh kelu

Finn langsung mengerutkan kening. "Cuma noda kecil, nggak perlu dibesar-besarkan.""Aku bisa menggantinya."Suara Emily rendah dan tenang, hampir tak bisa dikenali sebagai suaranya sendiri. Bagi Emily, urusan pribadi tetap urusan pribadi. Sekalipun dia dan Finn punya dendam lama, jika ada kerugian, tetap harus ganti rugi. Dia tidak mau berutang budi."Nggak usah. Semoga Anda menikmati malam ini." Finn mendahuluinya, lalu menggandeng Wanda untuk menjauh.Gerakan Emily yang sempat hendak mengeluarkan ponsel terhenti sejenak. Dia bergumam pada diri sendiri, "Anggap saja hemat pengeluaran."Kemudian, dia berbalik dan menukar segelas sampanye.Namun baru saja menghela napas, seorang pria asing mendekat. "Nona cantik, mau dansa denganku nggak nanti?"Emily terdiam. Sepertinya, malam ini memang mustahil untuk bersantai.Sesaat kemudian, dia menoleh. Setelah memastikan pria itu tidak bermaksud buruk, dia pun hanya menanggapinya dengan obrolan ringan, lalu ikut bergabung berbincang santai denga