All Chapters of Aku Bukan Pecundang!: Chapter 21 - Chapter 30

Empat perampok itu langsung melongo, tatapan mereka terpaku pada Agatha dengan ekspresi tak percaya. Kecantikan Agatha membuat mereka kehilangan fokus sepenuhnya.“Gila! Ternyata firasatku benar! Si brengsek itu nyembunyiin bidadari di mobilnya!” seru salah satu perampok, geleng-geleng kepala, masih terpukau melihat Agatha.“Berani-beraninya lo nyembunyiin cewek secantik ini dari kami?!” bentak yang lain.“Nunggu apa lagi? Singkirin cowok itu, terus kita senang-senang sama ceweknya!”Sebagai laki-laki normal, keempatnya jelas tak mau melewatkan kesempatan seperti ini. Kecantikan Agatha membangkitkan naluri liar mereka.Steve langsung bereaksi begitu melihat tatapan bejat mereka. Ia maju dan memeluk Agatha, melindunginya seolah nyawanya sendiri taruhannya.“Jangan pernah sentuh dia!” teriak Steve.“Hahaha! Mau sok pahlawan, ya?”Keempatnya tertawa keras, tak gentar sedikit pun. Bagi mereka, Steve hanyalah pria biasa—tak sebanding dengan mereka yang berpengalaman dalam kekerasan dan jum

Beberapa hari kemudian, Steve datang ke kantor polisi pusat Avebury sesuai panggilan mereka.Seorang petugas polisi telah menghubunginya dan memintanya datang untuk menerima penghargaan sekaligus bertemu langsung dengan kepala kepolisian kota.Begitu masuk ke kantor polisi, ia langsung dicegat dan ditanya maksud kedatangannya.“Aku diundang untuk bertemu Kepala Polisi. Kalau tidak salah, namanya Carver Asher,” jelas Steve kepada petugas yang berjaga di depan.Petugas itu—Beck Benton—langsung mengerutkan dahi, wajahnya berubah masam seketika.“Pak Carver sedang tidak ada, pergi saja,” ucap Beck ketus, nadanya sinis.Beck Benton sudah dengar nama Steve—orang yang mengalahkan Empat Saudara Perampok itu. Beck sendiri adalah polisi yang seharusnya menangkap mereka, tapi Steve lebih dulu melakukannya. Karena itu, promosi yang diincarnya pun melayang.“Ngapain bengong di situ? Cepat pergi.” Nada Beck makin kasar.Steve mengangkat alis. Ada yang tidak beres dari sikap polisi ini. Apalagi ia s

Beck Benton yakin pukulannya bakal kena. Dia bahkan sempat menyeringai — pikirnya, Steve sudah tamat.Namun, tubuh Steve Hart bergerak sedikit saja, refleks menghindar, dan... berhasil.Kesempatan itu nggak dia sia-siakan. Steve langsung membalas pukulan.BAM!!!Beck Benton langsung ambruk. Pandangannya gelap, tubuhnya lunglai setelah tinju Steve mendarat telak di wajahnya.Steve Hart menatap kepalan tangannya, masih nggak percaya. Ia sendiri kagum dengan kemampuan bela diri yang dia dapat dari sistem.“Bahkan sekarang pun, masih susah percaya kalau aku benar-benar punya kekuatan ini…” gumam Steve pelan.Orang-orang yang nonton cuma bisa bengong. Mereka awalnya yakin Steve bakal kalah. Tapi ternyata justru Beck Benton yang tumbang.“Apa barusan yang terjadi?”“Sial, itu pasti cuma keberuntungan.”Mereka nggak bisa menerima kenyataan itu. Satu per satu mulai maju, menantang Steve. Gengsi sebagai polisi nggak boleh kalah sama warga sipil biasa.“Tuan Carver, izinkan saya menantangnya!”

“Nona Helena, tolong beri aku sedikit waktu lagi. Aku yakin bisa menyeretnya keluar,” ucap salah satu petugas keamanan yang terus berusaha menarik tubuh Steve, tapi Steve sama sekali tak bergeming dari tempatnya.Helena Halbert segera memberi isyarat agar petugas keamanan itu berhenti; ia tak mau bawahannya mempermalukan diri sendiri lebih jauh.Steve tersenyum puas begitu para keamanan tak lagi mengusiknya. Dalam pikirannya, menyelamatkan Austin kini akan jauh lebih mudah.“Jadi... bisa kau jelaskan, apa urusanmu di sini?” Helena akhirnya memilih bicara dengan sopan pada Steve; ia yakin pria ini tak mungkin datang tanpa alasan.“Nona, aku datang untuk menyelamatkan ayahmu. Itu saja urusanku untuk sekarang,” kata Steve Hart sambil menampilkan senyum ramah.Helena langsung mengernyit. “Lupakan saja. Apa kau pikir aku akan membiarkan ayahku ditangani oleh orang acak seperti kamu?!”Helena merasa Steve sudah kelewatan. Nyawa ayahnya sedang terancam, tapi pria ini berbicara seenaknya, seo

Steve Hart naik ke bus tepat saat bus yang ia tunggu-tunggu tiba, langsung menuju rumah sakit tempat ibunya dirawat.Tak lama kemudian, Steve sampai di rumah sakit — jaraknya memang tak terlalu jauh dari tempat sebelumnya. Tapi saat hendak masuk, ia melihat banyak orang justru keluar dari rumah sakit.Mereka keluar hampir bersamaan, dan naluri Steve langsung menangkap ada sesuatu yang aneh di sana.Meski sempat curiga, Steve memilih mengabaikannya. Sekarang yang terpenting baginya hanyalah kondisi sang ibu.“Permisi, saya mau menjenguk Adaline Hart,” tanya Steve pada resepsionis di meja depan.Resepsionis itu langsung menggeleng, lalu menunjuk ke arah kerumunan orang yang baru saja diusir keluar.Steve mengerutkan kening. Ia tidak paham maksudnya.“Seperti yang Bapak lihat sendiri,” ucap sang resepsionis. “Saat ini rumah sakit kami tidak menerima pengunjung, bahkan pasien baru pun tidak.”Steve menoleh ke arah orang-orang yang sedang diusir. Beberapa di antaranya tampak sakit dan butu