Semua Bab Aku Bukan Pecundang!: Bab 11 - Bab 20

Manajer toko itu sudah membicarakan permintaan Agatha dengan stafnya, dan akhirnya mereka mendatangi Agatha dengan wajah yang tampak kesal.Agatha langsung paham maksud si manajer dan seketika merasa kecewa.“Miss Agatha, meski agak mustahil... kalau Anda benar-benar menginginkan kalung berlian itu, saya bisa coba atur,” kata manajer itu akhirnya.“Bisa? Kalau memang bisa, tolong bantu urus,” jawab Agatha.Senyum bermakna muncul di wajah manajer itu, membuat Steve Hart langsung curiga.“Bagaimana kalau... makan malam dengan saya? Dengan uang yang Anda punya sekarang, saya bisa bantu berikan kalung ini. Sisanya nanti Anda bayar segera, supaya bos saya nggak marah kalau tahu,” ujar si manajer sambil tersenyum lebar.Sekejap, tangan Steve mengepal. Ia langsung tahu arah pikiran manajer itu — jelas pria ini naksir Agatha.Steve ingin menyuruh Agatha menolak, tapi ternyata nggak perlu. Wajah Agatha sudah berubah dingin.“Apa yang barusan kamu katakan?” Suaranya kali ini sedingin es.Wajah

Dalam perjalanan pulang, Agatha hanya diam. Wajahnya tenang, tapi pikirannya penuh tanya.Sementara itu, Steve sempat melirik—dan baru sadar kalau sejak tadi Agatha menggenggam kalung berliontin yang kini melingkar indah di lehernya.‘Apa dia benar-benar punya perasaan sama aku?’ Steve bergumam dalam hati.‘Sial, kenapa aku malah mikirin hal sepele begini,’ ia mengumpat pelan pada dirinya sendiri.Setengah jalan, Agatha yang dari tadi diam akhirnya buka suara."Steve, dari mana kamu dapat satu juta dolar buat beli kalung ini?"Steve terdiam sesaat, bingung harus menjelaskan bagaimana.Kalau dia bilang soal sistem yang dia miliki, Agatha pasti bakal pikir dia gila.“Untuk sekarang, aku belum bisa jelasin detailnya. Tapi tenang aja, aku gak ngelakuin hal ilegal buat dapetin uang itu,” jawab Steve samar.Agatha mengernyit.Steve bisa ngerasa kalau wanita itu gak puas dengan jawaban seadanya.Sambil menggaruk kepala, Steve mencoba mencairkan suasana.“Yah, gak usah bahas itu dulu. Lagian,

Begitu mendengar Steve punya bukti untuk membersihkan namanya, Agatha langsung mengembuskan napas lega — tapi tidak dengan Olivia.“Sampah! Berhenti sok suci dan ikuti saja prosedur penangkapan! Aku nggak sabar lihat kamu di penjara!” seru Olivia Cattegirn, merasa ini kesempatan emas untuk menjauhkan Agatha dari pria tak berguna bernama Steve.“Ibu mertua, bagaimanapun saya masih menantu Anda. Kenapa Anda bisa ngomong kayak gitu?” tanya Steve Hart, nadanya menahan amarah.“Mana ada ibu yang mau anaknya menikah dengan pecundang kayak kamu? Lebih baik kamu busuk di penjara, biar anakku punya masa depan yang lebih cerah!”Steve menarik napas dalam-dalam. Jadi itu alasannya — Olivia ingin dia ditangkap karena merasa Agatha bisa hidup lebih baik tanpa dia.‘Masa depan cerah itu maksudnya bareng si brengsek Eric, ya?’ pikir Steve, melirik sekilas ke arah Eric Daran.Saat itu juga, Steve ingin menunjukkan ke Olivia betapa busuknya sifat Eric Daran — pria kaya yang selama ini dielu-elukan seb

Gerran menyeringai lebar, puas setelah berhasil mempermalukan Steve di depan banyak orang. Semua ini memang bagian dari rencananya sejak awal.“Hey, kalian tahu nggak, apa yang si pecundang ini lakukan selama ini?” tanya Gerran sambil menunjuk Steve.Steve Hart menatap tajam ke arahnya, penasaran apa lagi yang direncanakan Gerran kali ini.“Si pecundang ini diam-diam suka ngawasin Agatha. Gue yakin dia datang ke sini cuma buat ngintilin Agatha,” ucap Gerran lantang.Sekejap ruangan mendadak riuh. Tatapan jijik langsung mengarah ke Steve Hart.“Gila, udah bertahun-tahun, tapi dia masih aja sama.”“Berubah? Hah, nggak mungkin! Bukannya berubah, mental pecundangnya malah makin parah,” cemooh Gerran.Steve menggertakkan gigi, menahan amarah. Semua orang sibuk menertawakan dan menghina tanpa pikir perasaan dia. Padahal semua tuduhan Gerran nggak ada buktinya.Dia nggak merasa bersalah karena memperhatikan Agatha — baginya itu hal wajar. Lagipula, Agatha itu istrinya.“Kenapa lo diem aja?”

“Apa?!” Tubuh Gerran langsung menegang. Barusan dia bilang apa tadi? Otaknya masih tak bisa menerima kenyataan.Agatha manggil Steve ‘suamiku’? Maksudnya apa itu? Gerran tertegun, matanya membulat, tangannya spontan menarik diri. Wajahnya kehilangan warna—antara kaget dan tak percaya.“Suamimu? Jangan bercanda, Agatha. Orang ini suamimu? Si pecundang ini?” Gerran tertawa gugup, suaranya bergetar. “Jangan bikin lelucon di situasi kayak gini, tangan gue aja hampir gemetar, tahu!”Para tamu yang ada di sana juga sama kagetnya. Semua tahu siapa Steve—cowok miskin tanpa masa depan, hidup pas-pasan. Mereka tak bisa membayangkan, gimana bisa orang seperti dia menikahi Agatha, dewi cantik dari keluarga Cattegirn yang kaya raya. Bahkan punya pacar aja rasanya mustahil.“Dia pasti cuma bercanda!” bisik seseorang, masih tak percaya.Melihat wajah-wajah yang tak percaya itu, Steve menatap dingin lalu menyeringai. “Gerran, lo nggak lihat seberapa serius Agatha tadi ngomel ke lo? Cuma orang bego ya