Semua Bab Dosenku Penyembuh Lukaku: Bab 81 - Bab 90

Sesudah meluapkan seluruh emosinya, Eva pun tertidur di pangkuan William. William hanya menatapnya lembut dan sesekali ia juga menepuk lengan Eva. Melihat wajah imut Eva saat sedang tidur, ia tidak dapat menahan diri untuk mengusap pipinya dengan ibu jari.Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu kamar diketuk. Lalu terlihat Surya yang masuk ke dalam dan menghampiri William, tatapannya beralih ke Eva yang sedang tidur pulas.Surya menghela nafas. "Kelihatannya kakak ipar lelah sekali ya, tidurnya nyenyak banget."William menatap Eva dengan lembut. "Begitulah, sudah semalaman dia sama sekali nggak tidur.""Tadi pagi, aku nggak sengaja dengar suara teriakan kakak ipar, apa kalian ..."William mengangguk. "Hm."Surya memegang pinggangnya dengan satu tangan. "Sepertinya dugaanku benar, kakak ipar bisa ngertiin kamu asalkan bicara dengan jujur."William tiba-tiba teringat sesuatu, lalu ia langsung menoleh ke arah Surya. "Semalam kamu

Saat Eva sedang mengintip di depan pintu untuk waktu yang agak lama, salah satu pengawal mendapatkan sebuah panggilan. Ia menekan tombol di earphone, wajahnya tampak serius.Ia menoleh ke temannya di sebelahnya. "Ada informasi, sepertinya dia ada di hotel ini."Setelah mendengar informasi tersebut, salah satu pengawal menghampiri Eva, ia menepuk bahu Eva dengan lembut. "Maaf menganggumu, Nona. Kita harus pergi dari sini sekarang."Eva menaikkan alisnya. "Ada apa?""Nanti akan saya ceritakan di jalan."Eva mengangguk. "Oh, oke."Pengawal tersebut memegang pegangan kursi roda dan membawa Eva masuk ke salah satu lift. Setelah pintu lift tertutup, tidak lama kemudian, pintu lift di sebelahnya terbuka dan Caroline berjalan keluar. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri.Caroline memegang dagunya. "Aneh ... perasaan aku melihatnya masuk ke sini. Apa aku salah lihat ya?"Lalu, ia melihat salah satu pintu yang memiliki celah. Ia berjalan menu

Keesokan harinya, Eva dan William bersiap-siap untuk pulang. William memesan tiket pesawat lalu mereka pergi ke Bandara dan pulang dengan pesawat. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam lebih, kemudian mereka akhirnya tiba di rumah.Sesampainya di rumah, Eva memutuskan untuk membuat surat izin tidak masuk kuliah selama beberapa hari. Karena William masih harus beristirahat, jadi ia ingin menjaga dan merawatnya hingga tubuhnya benar-benar pulih.Di siang hari, William sedang tidur di kamar. Sedangkan Eva, ia menggunakan waktu kosongnya untuk belajar, karena tidak lama lagi ujian semester akan dimulai. Eva belajar dengan sangat serius dan ia juga mengulang materi-materi sebelumnya.Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, Eva merenggangkan tubuhnya. "Hah ... rasanya capek banget. Aku istirahat sebentar deh."Tidak lama kemudian, ponsel milik Eva berbunyi dan terdapat notifkasi pesan dari Clara masuk.[Eva, gimana kabar kalian sekarang? Pak William sakit apa?]Eva segera membalas pesan ters

Di tengah malam, William masih tertidur di kamarnya yang gelap. Hanya ada cahaya bulan yang lembut masuk ke dalam kamar melalui jendela. Tidak lama kemudian, ia mulai membalikkan badannya, tangannya terentang ke arah bantal Eva, tetapi ia merasa ada yang aneh dan membuka matanya perlahan. Ia mengangkat kepalanya dan terlihat kasur di sebelahnya kosong."Eva?"William bangun dalam posisi duduk, lalu ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Tetapi ia tidak melihat Eva atau pun kursi roda di dalam kamar. William yang merasa bingung, ia langsung menyingkirkan selimutnya dan turun dari kasur, lalu keluar dari kamar.Tetapi begitu keluar, William terkejut saat mendapati semua lampu di rumah telah mati. Pandangannya menyapu ke sekeliling dan tidak ada kehadiran seorang pun di rumah itu. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dan mencoba untuk menyalakan lampu, tetapi tidak bisa. Dengan terpaksa, ia mencari keberadaan Eva dengan bermodalkan senter dari ponselnya."EVA!"Namun tidak ada respon dari siapa pun

Setelah mendengar kalimat itu, bahu Eva sedikit terangkat, matanya mulai berkaca-kaca, tangannya juga menggenggam ujung kasur dengan kencang. William menoleh ke arah Eva, tangannya terulur ke arah Eva. Saat ia hendak memegang kepala Eva, Eva sudah lebih dulu memeluk pinggangnya."Maaf ... sudah membuatmu khawatir seperti ini."William tersenyum, ia mengusap kepala Eva beberapa kali. "Nggak apa-apa."William mengangkat Eva dan menaruhnya di pangkuannya. "Sejujurnya aku sendiri juga terharu tadi, saat aku melihat tulisan 'HBD' itu. Tapi ... aku sendiri nggak tahu harus bereaksi seperti apa, makanya aku diam saja."Ia mencubit pipi Eva. "Kamu sudah bekerja sama dengan baik bersama para pelayan lain ... terima kasih atas ucapannya ya, sayang."Eva menaikkan alisnya, matanya sedikit melebar. "Kamu ... sudah nggak marah lagi padaku?"William terkekeh kecil. "Bagaimana aku bisa marah pada istriku yang sudah berusaha memberi kejutan untukku?"