Pagi itu, dunia tampak damai. Terlalu damai untuk hati yang sedang bergetar. Bara berdiri di tepi sungai cahaya. Embun menggantung di udara, memantulkan warna emas yang lembut. Tapi di balik pemandangan itu, pikirannya seperti lautan yang beriak tanpa angin. Ia tahu sesuatu telah berubah sejak mereka turun ke bawah tanah. Sejak ia menatap jantung dunia lama yang berdenyut. Kini, setiap kali ia menutup mata, ada gema yang tak bisa ia diamkan. “Kau pikir ketenangan itu milikmu?” “Tidak, Bara. Ketenangan adalah hadiah yang bisa diambil kapan saja.” Suara itu lembut, berwibawa, dan asing sekaligus familiar. Suara yang dulu hanya ia dengar di mimpi, tapi kini berbicara langsung di balik pikirannya. Suara Arvian. Bara membuka mata. Dunia seolah tetap sama, tapi warna di sekitarnya terasa lebih tajam, lebih hidup, terlalu nyata. Seakan pandangannya dibagi dua: satu miliknya, satu lagi milik orang lain. “Bara, kau baik-baik saja?” Liora mendekat, membawa air di wadah kristal ke
Last Updated : 2025-10-19 Read more