Udara di depan menara bergetar lembut, seperti napas makhluk raksasa yang sedang tidur. Bara berdiri di depan pintu yang terbuat dari cahaya padat, bukan logam, bukan batu, tapi sesuatu di antara keduanya. Permukaannya hidup, mengalir, dan memantulkan wajahnya sendiri, tapi versi yang berbeda. Ia melangkah pelan, dan permukaan pintu itu terbelah tanpa suara. Cahaya hangat menelan mereka semua. Langit di dalam menara tidak sama dengan dunia luar. Tidak ada atap, tapi juga tidak ada langit. Hanya ruang kosong yang terus berubah warna; kadang biru, kadang putih, kadang hitam pekat. Langkah Bara memunculkan gema, tapi bukan gema biasa, setiap gema terdengar seperti suara hati mereka sendiri. “Bara…” suara Risa bergetar. “Aku mendengar… ibuku memanggilku.” Bara menatapnya pelan. “Itu bukan ibumu, Risa. Itu gema dari bagian hatimu yang belum kau terima.” Gerry, yang biasanya keras kepala, kini diam. Ia memandang dinding-dinding yang memantulkan ribuan bayangan dirinya, ada yang
Last Updated : 2025-10-10 Read more