Langit di atas Varest masih berdenyut pelan. Aurora putih menari lembut, tapi ada nada baru di dalamnya, pelan, berat, seperti napas yang mulai kehilangan irama. Risa berdiri di atap gedung yang setengah hancur. Udara di sekelilingnya terasa dingin, bukan dingin cuaca, tapi dingin karena dunia… perlahan berhenti bernyanyi. “Liora…” katanya pelan. “Dengar itu?” Liora menutup matanya. Dari bawah tanah, terdengar suara rendah, seperti detak jantung yang teredam. “Dunia... kehilangan tempo.” Risa menatap langit. “Kael sudah jadi bagian dari dunia, tapi kalau nadanya rusak... apa artinya dia juga ikut hancur?” Liora tidak menjawab. Ia hanya menatap tangannya sendiri, dan di sana, simbol bercahaya yang dulu muncul karena Bara, kini mulai pudar. --- Beberapa jam kemudian, mereka berkumpul di reruntuhan pusat kota. Orang-orang Varest duduk diam, sebagian menutup telinga, sebagian lagi menangis tanpa suara. “Suara dunia makin kuat,” kata seorang pria tua. “Tapi nadanya salah
Last Updated : 2025-11-08 Read more