Mendengar celetukan Alexa yang spontan dan seenak jidat itu membuat Theo terdiam selama tiga detik, cukup lama untuk mengatur nafas dan menahan emosi sebelum akhirnya memilih untuk mengabaikan gadis itu dan kembali fokus pada tugasnya, mengobati luka di wajah Alexa. Namun, setiap kali tatapan mereka bertemu, Theo merasakan sesuatu yang mengganggu dalam dirinya. Ada sesuatu dalam sorot mata Alexa, liar, menantang, tapi juga memikat yang membuatnya seperti tertarik ke dalam medan magnet berbahaya yang sulit dijelaskan. “Sudah,” ujar Theo pelan, suaranya datar tapi tegas. “Kau tidak boleh membuat masalah lagi, Alexa. Saat ini kau tanggung jawabku. Ibumu sudah menyerahkanmu untuk aku awasi.” Alexa menaikkan sebelah alis, tatapannya penuh selidik. “Aku menaruh kecurigaan padamu, Paman,” ujarnya pelan tapi jelas. Theo mengerutkan kening. “Kecurigaan macam apa yang kau maksud?” Gadis itu berdiri, langkahnya mantap. “Ibu tidak punya suami, dan sejak ayah meninggal, dia selalu sendiri.
Terakhir Diperbarui : 2025-10-21 Baca selengkapnya