Bhaga menatap kosong dokumen di mejanya. Pikirannya terus melayang ke Binar yang terbaring lemah di rumah sakit, dan kekacauan di rumahnya.Dia tidak bisa fokus, tidak bisa tenang. Setiap kali menutup mata, yang terbayang adalah wajah pucat Binar dan teriakan kemarahan Celia. Gelisah, Bhaga menelepon Rudi. "Rudi, telepon Maryam dan suruh siapkan Ardan. Kami akan menjenguk Binar.” "Baik, Pak. Ada lagi?" "Satu jam lagi aku akan menjemputnya.” “Baik, permisi, Pak.” Di rumah. Ardan baru saja selesai bersiap, dibantu oleh Maryam. “Terima kasih, Bi!”“Sama-sama, Tuan Muda.” Maryam ikut tersenyum saat melihat Ardan terlihat begitu bahagia.“Aku akan bertemu Kak Bin. Aku kangen banget! Nanti aku bawa buku gambar dan pensil warnaku buat Kak Bin, aku mau gambar yang bagus,” ucap Ardan dengan polosnya.“Tentu, titip salam dari ibu ya, Tuan Muda, semoga lekas sembuh.”Ardan mengangguk semangat dan keluar kamar setelah berpamitan.Dia berjalan dengan senyum lebar dan setumpuk gambar yang tela
Last Updated : 2025-11-06 Read more