Home / Romansa / Di Ranjang Majikanku / 63. Hingga Pagi, Dalam Kamar

Share

63. Hingga Pagi, Dalam Kamar

Author: Keke Chris
last update Last Updated: 2025-11-07 09:02:22

Bhaga berlutut di depan Binar yang duduk di tepi tempat tidur. Dengan gerakan sangat lembut, Bhaga merangkulnya, menarik tubuh Binar ke dalam dekapan dadanya yang bidang.

Satu tangan kuatnya menahan punggung Binar, mengelusnya pelan, sementara tangan lainnya menekan lembut kepala Binar ke bahunya.

“Aku di sini,” bisik Bhaga, suaranya tenang, bergema di keheningan kamar. “Aku tidak akan biarkan siapa pun menyakitimu lagi.” Nafasnya yang hangat berhembus di dekat telinga Binar.

Binar hanya bisa mengangguk pelan, wajahnya masuk ke dalam ceruk leher Bhaga. Tangannya yang awalnya kaku, perlahan meraih punggung Bhaga, jari-jemarinya mencengkram kain kemejanya seolah takut ini hanya mimpi.

Dia di sini. Benar-benar di sini, batin Binar, merasa perlahan-lahan tenggelam dalam rasa aman yang selama ini dia dambakan.

Setelah beberapa saat, Bhaga menarik tubuh Binar perlahan. Kedua tangannya yang hangat membelai pipi Binar yang basah oleh air mata.

Matanya yang biasanya tajam, kini lembut dan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Di Ranjang Majikanku   78. Kartu As Milikmu

    Bhaga masuk ke dalam ruang rawat dengan wajah datar, meski benaknya penuh dengan tanya dan penasaran. Dia tetap tenang, menyapa Ardan sambil berjongkok di depannya.“Ardan, ke sini sama siapa?”“Mbak Sari,” jawab Ardan polos dan pendek, merujuk pada pengasuhnya yang sekarang.“Mama nyuruh Ardan ke sini?” tanya Bhaga lagi, mencoba sabar.“Soalnya, Mama nelpon, katanya badannya sakit, nggak ditemenin siapa-siapa. Jadi Ardan temenin.”Bhaga melirik Celia sekilas yang pura-pura acuh mengalihkan pandangan. Dia lalu menghela napas. “Oke. Lain kali, kalau mau jenguk Mama, bilang Papa dulu ya? Biar kita jenguk sama-sama.”Ardan ragu. Sebenarnya masih takut kepada papanya. Tapi, Ardan hanya diam dan mengangguk.Setelah menyuruh Sari membawa Ardan keluar, Bhaga menghampiri Celia di ranjangnya.“Siapa pria yang tadi keluar dari sini?” tanyanya tanpa basa basi. Celia mendengus dan melirik Bhaga. “Pria yang mana? Selain dokter, tidak ada siapa-siapa di sini.”Bhaga menyipitkan mata. “Kamu mau mem

  • Di Ranjang Majikanku   77. Enak Sekali, Sayang

    “Ahhh!”Desahan dan rintihan sepasang manusia itu bersahut-sahutan, memenuhi ruangan sepi itu, sementara mereka berpacu dalam ritme yang memanas.Bhaga tenggelam dalam kenikmatan, tangannya tidak sabar menuntun pinggul Binar bergerak naik-turun. Sementara Bhaga sendiri tidak tahan, ikut menggerakkan pinggulnya untuk mempertemukan penyatuan mereka.Keduanya sampai ke puncak kenikmatan bersamaan, tubuh bergetar sebelum saling mendekap satu sama lain.Bhaga terengah-engah, sama halnya dengan Binar.“Mmm… enak sekali, Sayang…” desah Bhaga, napasnya menyapu telinga Binar dan membuatnya merinding.Tak butuh waktu lama sebelum tenaga Bhaga kembali. Dia berdiri, sambil menggendong Binar yang lemas. Kerlingan menggoda di matanya masih ada.“Mau apa… Bhaga?” tanya Binar, sedikit linglung karena belum reda dari klimaksnya.Bhaga tersenyum tipis. “Kita pindah ke kamar.”** Tidur Bhaga terusik oleh dering ponsel yang tidak berhenti. Saat Bhaga bangun, Binar masih pulas di sisinya. Wajar, Bhaga m

  • Di Ranjang Majikanku   76. Melepaskan Beban

    “Kamu kelihatan lelah sekali.” “Sedikit,” jawab Bhaga mengecupi bahu Binar. Binar tahu, Bhaga sedang meminta jatahnya, minta dipuaskan—hal yang selalu dilakukannya saat sedang stres, tertekan, dan banyak pikiran.“Sini … aku pijat,” ajak Binar.Tanpa banyak bicara, Binar membimbing Bhaga untuk berbaring tengkurap di sofa. Tangannya mulai memijat pundak dan punggung Bhaga yang tegang.“Hmm… enak…” Desahan lega keluar dari bibir Bhaga.Sentuhan Binar seperti obat, selalu seperti itu. Wanitanya selalu bisa menempatkan diri dan membuatnya selalu merasa dihargai lebih. Perlahan, tubuhnya melepaskan ketegangan yang ada. Binar juga merunduk, mengecup belakang bahu dan punggung Bhaga perlahan. Niatnya adalah untuk menunjukkan kasih sayangnya, tapi tubuh Bhaga merespons dengan cara yang lain.Bhaga menggeram. Napasnya mulai memburu, dia membalikkan badan dan segera menarik Binar hingga wanita itu terkurap di atas tubuhnya. Hidung Bhaga menyundul leher dan bahu Binar, ingin memuaskan diri de

  • Di Ranjang Majikanku   75. Aku Butuh Kamu

    Ardan masih gemetar ketakutan di pelukan Nurma. Pelukan itu terasa dingin, karena Nurma sendiri masih terguncang oleh konfrontasi dengan Bhaga. "Nggak papa, Sayang, Papamu cuma lagi… banyak pikiran," bisik Nurma, menepuk punggung kecil cucunya. "Ardan belum makan siang. Makan dulu ya, Sayang."Ardan masih bingung dan murung, tetapi mengangguk. Setelah melihat kemarahan papanya, Ardan selalu takut untuk membantah.Nurma memanggilkan pengasuh Ardan yang mengajak Ardan ke ruang makan untuk menyuapinya.Djati berjalan mondar-mandir dengan wajah muram. Sementara Nurma memijiti kepalanya yang terasa sakit."Ini tidak benar, Nurma. Apa yang kau lakukan? Mengapa?" Dia menghela napas berat. “Jika perlu uang, kau tinggal bicara padaku. Kenapa pakai uang perusahaan?!”"Kan aku sudah bilang, aku tidak melakukan apapun!" desis Nurma. “Kenapa kau tidak percaya padaku? Buat apa juga aku melakukan hal gila seperti itu?!”Djati berdecak. “Lalu bagaimana ada tanda tangan atas namamu di surat itu? Kau

  • Di Ranjang Majikanku   74. Saling Menjatuhkan

    Bhaga melangkah dengan cepat menuju ruangannya, menampikkan pandangan semua orang terhadapnya. Beberapa sapaan hanya dijawabnya dengan anggukan kecil. Dia benar-benar dalam suasana hati yang buruk. Di belakangnya, Rudi berjalan sama cepatnya dalam diam. Dia tahu, atasannya akan meledakkan amarahnya nanti ketika masuk ke dalam ruangan. Benar saja. Bhaga langsung menggebrak meja begitu sampai di ruangannya. Dia tak duduk, hanya berdiri sambil menunduk mencoba meredakan amarahnya. Kepalanya mendongak. “Apa yang terjadi, Rudi?” Rudi sambil memegang tabletnya mendekat. Dia membaliknya dan memperlihatkan pada Bhaga sebuah portal berita. “Ada yang menggugah foto terbaru, Pak.” Bhaga memperhatikan foto itu, dahinya mengernyit.Foto ini diambil rumah utama. Artinya, yang mengambil adalah orang dalam dan bisa jadi bukan foto terbaru. Bhaga mendongak. “Periksa semua CCTV dan semua orang... tanpa terkecuali.” “Baik, Pak.” Setelahnya, Rudi berpamitan pergi dan meminta orang suruhannya untuk

  • Di Ranjang Majikanku   73. Serangan Cinta di Pagi Hari

    “Tidak!” jerit Binar dan bangun terduduk dengan napas tersengal. Tubuhnya dibanjiri keringat dingin dan kegelisahan masih memeluknya erat. Bhaga yang terkejut akan jeritan itu turut terbangun. “ Kenapa, Sayang?” Binar masih mengatur napasnya. “ Aku mimpi buruk. Celia dan Kevin kembali menyiksaku.” Tak menunggu diminta, Bhaga langsung memeluk Binar sambil melirik ke arah jam dan mengambil segelas air putih dari atas nakas. “Ini, minumlah dulu dan tidur lagi. Ini masih jam empat pagi.” Pelukan mereka terlepas dan Binar meneguk dengan perlahan dan kembali merebahkan diri. “Tidurlah. Aku akan menunggumu terlelap.” Binar memejamkan mata dan tak perlu waktu lama untuk napasnya kembali teratur. Bhaga mengelus rambut Binar dan mengecup keningnya. Baru saja dia berencana tidur, sebuah notifikasi pesan masuk datang dari nomor Djati. [Papi sudah tak bisa menahan para pemegang saham lebih lama lagi. Cepat temukan pelakunya dan hentikan semuanya, atau kita hancur.] Kantuk Bhaga langsung hil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status