Semua Bab Gairah Panas Sahabat Suamiku: Bab 51 - Bab 60

Charlie masih terlihat kurang percaya, tatapannya masih ragu.Elyssa cepat-cepat bersuara, memohon. "Tolong bantu aku, Pa. Mas Albert gak setuju bercerai. Hanya Papa dan Mama yang bisa membantuku," ujarnya seraya menatap Charlie dan Marina secara bergantian.Charlie melepaskan kacamatanya, lalu menggosok keningnya seraya menarik napas panjang. "Papa tau perasaanmu, Nak. Tapi kamu tau kan konsekuensinya jika bercerai dari Albert? Kemungkinan kerja sama keluarga kita akan terputus dan—""Pa, tolong dengerin aku!" potong Elyssa cepat. "Aku hanya ingin bercerai. Dan gak ada niatan untuk merusak kerja sama atau apapun itu. Apa Mama belum cerita ke Papa? Aku sudah kasih solusi yang terbaik untuk kedua keluarga. Biar sama-sama enak, gak ada yang akan dirugikan.""Papa sudah dengar dari Mama mu kok.""Jadi, bagaimana, Pa? Tolong bujuk Mas Albert agar sepakat bercerai, ya? Mas Albert selalu dengerin kata Papa selama ini. Kalau Papa yang minta, dia pas

Albert sendiri bergegas masuk ke kamar dan mendapati Elyssa yang sudah duduk di ranjang.Wajah Elyssa terlihat sembab dan ada luka robek di kakinya, juga beberapa luka gores di sekitar telapak tangan."Selamat pagi. Kau sudah bangun, Sayang? Lihatlah wajahmu berantakan. Pastikan kau menutupnya dengan riasan tebal nanti! Jangan memalukanku ya! Dan ingat, soal kakimu itu, kalau Sean bertanya, kau bilang saja itu luka akibat kecerobohanmu sendiri," pesan Albert, suaranya mengandung ancaman, lalu duduk di ranjang samping Elyssa.Elyssa langsung memalingkan wajahnya, menolak menatap Albert."Kau sedang marah padaku, Sayang? Ayolah, Sayang! Jangan kekanak-kanakan! Aku bahkan berbaik hati membawakan sarapan untukmu! Tapi aku harus pergi pagi ini, aku akan sibuk sampai malam dan kau tau apa yang harus kau lakukan, kan? Diam saja di kamar kalau kau tidak bisa menutup mulutmu yang bocor itu!"Elyssa tidak menanggapinya, dan Albert tidak mempermasalahkannya. Ia langsung berpamitan dan pergi.Ely

Sean sendiri yang menurunkannya, tapi tetap memegangi Elyssa yang oleng dan masih belum bisa berdiri dengan sempurna itu."Maaf, Albert. Kaki istrimu terluka parah, makanya aku menggendongnya," sahut Sean, berusaha tenang."Ku kira kamu pulang malam, Mas. Bukannya ada pekerjaan penting?" tanya Elyssa, berusaha mengalihkan dan menutupi kepanikan."Tidak ada suami yang bisa bekerja dengan tenang saat istrinya sedang sakit, kan? Aku terus memikirkanmu dan memutuskan pulang lebih awal hanya untuk memastikan kondisimu, Sayang," jawab Albert sambil melangkah mendekati Elyssa. Topeng suami perhatian langsung terpasang di wajahnya.Tubuh Elyssa sampai gemetar sendiri kala melihat Albert mendekat.Sungguh, Elyssa tidak menyangka Albert akan pulang secepat ini. Padahal Elyssa sudah berharap bisa berduaan dengan Sean di rumah selama Albert sibuk di kantor bersama selingkuhannya."Ada apa denganmu, Elyssa sayang? Luka di kakimu makin parah ya? Bukannya

Sean merebahkan Elyssa dengan sangat hati-hati di ranjangnya, menggunakan bantal untuk menyangga kaki yang bengkak. Sean lalu mengambil kotak P3K dari lacinya. Wajahnya tampak tegang dan gelap, penuh kekhawatiran dan amarah yang sulit ia sembunyikan terhadap Albert."Tahan sebentar, Sunshine. Ini mungkin akan perih, terutama di dagumu," gumam Sean, suaranya lembut dan terkontrol, sangat kontras dengan situasi brutal yang baru saja Elyssa hadapi.Sean pun mulai mengobati luka-luka di wajah Elyssa. Menggunakan kapas yang dibasahi cairan antiseptik, Sean dengan cermat membersihkan luka sobek kecil dekat pelipis Elyssa.Elyssa tersentak sedikit, merasakan perih yang menyengat. "Sssshh... sebentar lagi, Sayang," bisik Sean lagi. Tangannya yang besar bergerak dengan teliti dan lembut, layaknya seorang perawat saat ia membersihkan sisa-sisa darah yang mengering di sekitar hidung Elyssa. Ia bahkan meniup pelan area itu untuk mengurangi rasa perih.Sean lalu beralih ke luka memar di dagu Elys

Perasaan hangat dan aman yang baru saja ia rasakan seketika retak, digantikan oleh ketakutan lama yang kembali menusuknya. Elyssa kembali merasakan getaran dan keraguan yang sudah lama ingin ia tinggalkan."Camelia?" bisik Elyssa lagi. Nama itu terasa asing dan dingin di telinganya.Elyssa tersentak mundur sedikit, menjauhkan dirinya dari kehangatan tubuh Sean.Seketika, pikiran-pikiran yang mengganggu mulai merayap. Ia menatap wajah Sean— wajah yang baru saja ia yakini sebagai penyelamatnya.Sean...Ya, Sean. Pria yang selalu ada, yang peduli, yang berani melindunginya. Tapi selain itu? Apa yang sebenarnya ia ketahui tentang pria ini?Elyssa tersadar, ia tidak tahu apa-apa. Ia hanya tahu Sean adalah teman lama suaminya. Ia tahu Sean menyukainya. Ia tahu Sean rela menahan sakit demi membawanya pergi. Namun, selebihnya adalah kabut.Elyssa tidak tahu siapa keluarganya. Ia tidak tahu bagaimana masa lalunya. Dan yang paling menusuk, ia tidak tahu apakah Sean memiliki wanita lain di luar s