All Chapters of Dibuang Keluarga, Diperistri CEO Berkuasa: Chapter 11 - Chapter 20

Evelyn tertegun di tempatnya berdiri. Dia pikir hanya akan menerima nasib jika namanya harus dijelekkan di depan matanya. Dia tidak menyangka justru orang yang dia takuti malah angkat suara atas namanya dan tahu motif tersembunyi dari Sira“Apa yang Anda maksud?” tanya Kevin setelah pulih dari keterkejutan.“Aku tidak bermaksud apa-apa,” ujar Ernest dengan santai. “Aku hanya merasa tindakan itu sangat bodoh karena menyakiti diri sendiri.”“Tapi aku tidak bermaksud begitu,” balas Sira dengan suara kecil. Jantungnya berdebar kencang karena trik kecilnya diketahui oleh Ernest. Apalagi ditambah Kevin memandangnya dengan tatapan mengahakimi.Sira tidak mampu menanggungnya dan menyerah.“Aku pikir dengan begitu kakak akan datang menemuiku dengan cepat. Aku hanya berniat makan sedikit saja.”“Tidak apa-apa,” kata Ernest membuat Sira sedikit bernapas. Namun, kata-kata selanjutnya membuat Sira mengerti akan ancamannya. “Aku hanya khawatir kamu akan keracunan makanan di restoran ini jika tidak

Wanita itu mendengus keras, menyembunyikan kegugupannya sambil berteriak, “Jangan menyebarkan tuduhan! Siapa yang tahu seperti apa dirimu di belakang sana.”“Oh, kamu bisa bertanya siapa aku pada adikku yang paling kamu percaya.”Evelyn menyeringai melihat wanita itu pergi dengan terburu-buru setelah dia membalas perkataannya. Bahkan menabrak bahu orang yang terasa menghadang jalannya.Evelyn akui dia merasa tertekan saat wanita itu berkata dia sering membawa masalah. Di matanya, wanita itu mirip dengan ibunya yang selalu menuduhnya.Itulah sebabnya Evelyn melawan. Dia harus bisa menghapus trauma yang merantai dirinya untuk keluar dari rasa sakit yang diberikan keluarganya sendiri.“Akhirnya selesai juga!” Evelyn mundur selangkah untuk melihat hasil akhirnya. Di depannya, tertata makanan penutup berupa Mini Coklat Loaf Cake dengan rasa manis yang tidak terlalu kuat. Cocok untuk dibuat jadi cemilan saat malam.“Seharusnya ini cukup untuk menutupi makanan berlemak sebelumya,” gumam Eve

Evelyn yang tengah melamun tersentak dan langsung mendongak. Matanya langsung bertemu pandang dengan Ernest yang juga melihatnya.“Kamu tidak berniat pulang?”Evelyn belum sempat menjawab saat Ernest lanjut berkata, “Atau kamu masih menunggu hukumanmu yang lain?”Mendengar itu Evelyn buru-buru menggeleng. Bahkan tangannya pun ikut melambai dengan panik.“Tidak, Pak. Saya tidak bermaksud begitu!” sahut Evelyn dengan cepat.“Kalau begitu apa lagi yang kamu tunggu?”“Saya akan pergi sekarang!”Evelyn kemudian setengah berlari menuju pintu. Baru saja pintu dibuka, suara Ernest kembali menghentikannya.“Tunggu!”Evelyn membalikkan badan dengan wajah penuh tanya. Ernest mematung sejenak saat melihat Evelyn memandangnya dengan polos, tapi itu hanya sesaat. Sebelum kemudian kesadarannya mengambil alih dengan cepat.“Apakah kamu senang bekerja di sini?”“Tentu saja saya senang,” jawab Evelyn cepat dan jujur.Mendengar jawabannya yang meyakinkan, Ernest sedikit mengerutkan kening saat dia berta

Evelyn melihat nomor tak terdaftar yang menelepon. Bahkan tanpa bertanya atau berprasangka apapun, Evelyn langsung menutup telepon itu. Dia lantas memblokirnya tanpa berpikir dua kali.Evelyn tidak perlu belajar jauh hari hanya untuk mengetahui bahwa nomor telepon itu adalah milik ibunya. Dia sudah benar-benar tidak ingin berhubungan lagi dengan keluarganya. Sudah cukup dua belas tahun hidup di bawah bayang-bayang sebagai anak yang tersisih. Evelyn ingin menghargai dirinya sendiri tanpa harus mengemis perhatian orang tuanya. Meski di dalam hatinya yang terdalam, masih ada setitik sisa harapan. Namun, Evelyn hanya menyimpan rapat harapan itu. Dia tidak mau terluka lagi.“Evelyn!”Evelyn tersadar dari renungannya. Pandangannya jatuh pada mobil hitam di depannya. Mia melambaikan tangannya keluar jendela penuh semangat di kursi belakang.“Ayo pulang!”Evelyn segera berjalan dan masuk ke mobil. “Kamu memakai sopir? Biasanya kamu selalu menyetir sendiri.”“Aku lelah hati ini. Kerjaan di ka

"Tiidak di sini,” jawab Derry atas pertanyaan itu, lalu melanjutkan, “Nanti akan ada orang yang datang menjemputmu.” “Aku mengerti.” “Kalau begitu, aku akan berkemas sekarang,” pamit Evelyn kemudian meninggalkan ruangan. Derry mengerutkan kening saat pintu baru saja ditutup oleh Evelyn. Dia mencibir dengan tatapan merendahkan saat dia berkata pelan, “Seorang penjilat lagi. Aku yakin dia tidak akan bisa bertahan seperti yang lainnya.” Evelyn tidak tahu apa yang telah Derry pikirkan tentangnya. Dia hanya pergi mengemasi barangnya, lalu melapor pada kepala dapur yang mulai sibuk di dapur. “Kamu mengundurkan diri?!” tanya si kepala dapur itu dengan kaget. “Kamu baru saja bekerja di sini. Apakah tidak apa-apa bagimu untuk keluar?” Kata-kata yang keras didengar semua orang yang ada di dapur. Salah satu dari mereka ikut mempertanyakan hal itu pada Evelyn. “Kamu berhenti? Bukankah kamu terkontrak karena lomba kemarin?” “Aku tidak bermaksud mengundurkan diri,” kata Evelyn menje