Semua Bab Dibuang Keluarga, Diperistri CEO Berkuasa: Bab 31 - Bab 40

“Apa itu?” tanya Evelyn penasaran. Tidak biasanya Mia menjadi serius seperti itu. “Meskipun kamu diundang langsung oleh Ernest, kamu harus hati-hati dengan karyawan di sana. Mereka mendapatkan pekerjaan itu susah payah, aku takut mereka iri karena kamu mudah mendapatkan pekerjaan itu dan mencoba menipumu.” “Aku tahu, aku akan berhati-hati,” sahut Evelyn setelah beberapa saat merenungkan peringatan Mia. Mia mengangguk melihat Evelyn tidak sombong karena itu, jadi dia bisa sedikit lebih tenang. Tempat yang populer seperti perusahaan Rans Group milik keluarga Avram itu sungguh seperti sarang buaya. “Kalau begitu aku pergi dulu,” pamit Evelyn. Dia tersenyum saat menambahkan, “ Tenang saja, aku bukan lagi Evelyn yang dulu. Jadi jangan khawatir.” “Yah, itu melegakan,” ujar Mia sambil mengangkat kedua bahunya santai. Evelyn menggelengkan kepala sambil bercanda, “Apakah kamu dirasuki Dewi khayangan? Rasanya tidak pernah kamu serius seperti itu sebelumnya.” Mendengar hal itu membu

Setelah pria itu berjarak tak jauh darinya, wajah Evelyn berubah suram. Tatapannya menjadi dingin.“Kamu tidak menyapaku?” tanya Kevin setelah jarak mereka hanya tersisa dua langkah. Lalu bibirnya mencibir tanpa ditahan, “Oh, ya aku lupa. Kamu pasti malu bertemu denganku karena keluar dari mobil tadi, kan?”Suasana hati Evelyn sedang buruk karena diperingatkan soal utang. Sekarang ada satu makhluk yang ingin membuat suasana hatinya semakin suram.“Benar sekali,” kata Evelyn membuat senyum mengejek Kevin terlihat lebih jelas. Namun itu hanya sesaat sebelum Evelyn berkata, “Lagipula kalau aku memberitahumu identitasnya, aku takut kamu akan merasa rendah diri.”Evelyn menghina Kevin terang-terangan.Wajah Kevin berubah buruk. “Evelyn, jangan kira aku tidak tahu maksudmu bertingkah seperti ini.”“Oh, benarkah,” ujar Evelyn meremehkan. Perasaan Evelyn masih ada untuk Kevin, hanya saja kini dia lebih mencintai dirinya sendiri. Bahkan jika Kevin memandangnya penuh ejekan, Evelyn tidak mera

“Oh, ternyata kalian saling mengenal?” tanya Lidya seraya menyipitkan matanya menilai.Wanita yang menyapa Evelyn tadi tertawa kecil, “Tentu saja aku kenal. Bahkan mungkin aku bisa dibilang kenal dekat dengannya.”Mendengar wanita itu berbicara penuh percaya diri, Evelyn lagi-lagi mengutuk keberuntungannya yang buruk. Kenapa dia harus bertemu dengan orang,-orang yang ingin paling dia hindari.“Jika Nyonya Vena sudah berkata begitu, pastilah dia dari keluarga kaya. Tapi kenapa aku tidak tahu siapa dia?” kata salah satu nyonya sambil memperhatikan Evelyn penuh selidik.“Jangan merasa kurang informasi,” ujar wanita yang menyapa Evelyn itu bernama Vena. “Dia memang tidak terlalu dikenal. Lagipula dia memang tidak mau bergabung dengan lingkaran ini.”Para wanita kaya itu mengangguk mengerti. Namun, tidak ada yang tahu isi pikiran mereka masing-masing. Lagipula tidaklah bermanfaat bagi mereka untuk mempercayai kata-kata istri kedua dari keluarga Durant.Meski begitu, setengah ucapannya dapa

Jantung Evelyn berdebar kencang. Dia teringat masa lalu di mana dia tidak dipercaya siapapun dalam menjelaskan kebenarannya. Tatapan mata Lidya persis seperti itu, membuat Evelyn tanpa sadar menatapnya dengan waspada. Bersiap dengan segala kemungkinan.“Terserah Nyonya Vena berbicara seperti apa,” kata Evelyn berusaha tenang. “Lagipula Nyonya Lidya adalah orang yang bijak. Aku bekerja di sini atas persetujuannya juga.”Vena kesal karena Evelyn menjawab. Jika itu di masa lalu, Evelyn akan ketakutan dan juga panik. Ini juga yang membuat Vena tidak menyukai Evelyn saat itu. Sekarang saat Evelyn tidak bersikap begitu, dia justru menggunakan kepercayaan dirinya sekarang untuk melawannya.Tebakan Vena tidak sepenuhnya salah. Evelyn masih takut dan masih mencerna situasinya. Hanya saja tidak lagi menunjukkannya ke permukaan, membuat Vena salah mengira Evelyn telah berani terhadapnya.“Tetap saja, aku curiga rumor itu benar. Apalagi sampai ayahmu mengusirmu dari rumah. Tidak mungkin dia semba

Keributan di pagi hari itu membuat para pelayan keluarga Durant menjadi takut. Nyonya baru yang mereka layani ini tidak mudah. Baru kemarin amarah menghilangkan rasionalitasnya, sekarang dia mengumpat di depan kertas yang nyaris remuk di tangannya.Tepat pada saat itu Kevin datang dari arah kamarnya berada. Dilihat dari jas rapi nan formal yang dia pakai, jelas dia baru saja selesai bersiap-siap untuk pergi ke perusahaan. Sampai kemudian dia mendengar suara makian dari ibunya.“Ibu, bukankah sudah aku bilang untuk menjaga sikapmu,” kata Kevin memperingatkan. Wajahnya terlihat sangat kesal. Pagi harinya kini terasa menyebalkan.“Jangan menasehatiku!” balas Vena sengit. “Lihat apa yang dilakukan gadis sial mantan tunanganmu itu!”Vena melemparkan gumpalan kertas ke arah Kevin. Meski Kevin tidak senang dengan tindakan kasar ibunya, dia tetap mengambil kertas itu dengan penasaran.Hanya membaca sekilas, Kevin merasa terkejut dengan isinya. “Ibu, ini dari Evelyn?” tanyanya tak percaya.“Ka