Neil berdiri di ambang pintu, lolipop di mulutnya bergerak perlahan seiring ia memutar batangnya dengan jemari. Pandangannya menyapu ruangan yang kacau, meja terguling, kursi patah, pecahan kaca berkilat di lantai. Bau darah bercampur debu menyengat hidungnya.Begitu menyadari kehadiran Neil, semua anak buah yang tadi sibuk mengobati luka langsung berhenti. Mereka berlari kecil, membentuk barisan rapi di depannya, kepala mereka tertunduk. Tak ada satu pun yang berani mengangkat wajah. Suasana hati Neil bukan sesuatu yang bisa ditebak.Neil hanya menggumam pelan. “Hmm…” Pandangannya menelusuri mereka satu per satu, seperti menghitung siapa yang akan ia pecahkan kepalanya lebih dulu.Keheningan menekan.“Wow… gempa bumi,” ucapnya dengan nada ringan. Senyum kecil tersungging di bibirnya, namun matanya tetap dingin. Perubahan ekspresinya begitu cepat, dari main-main menjadi tajam, hingga membuat dada mereka semakin sesak.Karo, yang paling senior di antara mereka, segera berlutut. “Maaf,
Terakhir Diperbarui : 2025-10-09 Baca selengkapnya