Raisha termenung di dalam kamarnya, sejak kepergian Stevano ke sekolah pikirannya mendadak kosong. Bentakan dari Stevano masih terasa menyakitkan di telinganya, ia tak percaya bahwa Stevano akan bersikap kasar seperti itu. Ketika ia tengah gundah, pintu kamarnya di ketuk dari luar. Raisha mengalihkan pandangannya ke arah pintu. "Siapa?" tanya Raisha. "Bi Jumi, Non." "Masuk aja, Bi. Pintunya tidak di kunci," jawab Raisha. Pintu berderit ketika Bi Jumi membukanya, terlihat wanita paruh baya itu membawa nampan berisi makanan dan juga susu hangat. "Sarapan dulu, Non. Dari tadi pagi Nona belum makan sedikit pun," Bi Jumi mendekat lalu meletakan nampan itu di nakas samping ranjang. "Aku tidak lapar, Bi." "Meski Nona tidak lapar, tapi kandungan Nona pasti lapar," Bi Jumi tersenyum tipis. "Apa Nona mau kalau calon anak Nona kelaparan?" Raisha membuang pandangannya ke arah jendela. Cahaya matahari masuk lembut melalui tirai tipis, tetapi tidak mampu menghangatkan tubuhnya yang terasa
Last Updated : 2025-11-15 Read more