Hari-hari berlalu, baik Evan dan Zola beraktivitas seperti biasa. Tampak dari luar, semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi di balik semua itu, keharmonisan antara keduanya sedikit berubah. Tak ada lagi senyum tulus, semua berlaku hanya untuk formalitas belaka karena ingin menjaga perasaan satu sama lain. Terutama Evan terhadap Zola."Apa kamu mau jemput nanti, Mas?" tanya Zola ketika menghubungi Evan di ponselnya. Hening sejenak, Zola mendengar jawaban Evan dari seberang sana. Dan kemudian wajahnya berubah murung dan dia berujar pelan ..."Baiklah, Mas, nanti aku naik taksi saja," ucap Zola dengan suara tersendat menahan tangis.Bibirnya bergetar dan tersenyum perih. "Iya tidak apa-apa, Mas, kita ketemu di rumah, aku tunggu!" tutup Zola lalu mengucapkan salam dan memutuskan sambungan telepon mereka.Zola terduduk di kursinya dan mulai menangis sendirian. "Semuanya tak lagi sama, aku tahu itu, Mas!" ratapnya tersedu-sedu sampai bahunya berguncang halus. Ketika itu pintu ruangannya
Last Updated : 2025-10-05 Read more