Home / Romansa / Aku Hamil Anak Kamu, Mas! / Bab 6. Perusahaan Evan Sedang Goyah. 

Share

Bab 6. Perusahaan Evan Sedang Goyah. 

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-10-10 19:39:31

Evan berjalan masuk ke dalam rumah, wajahnya tampak letih dan muram. Beberapa kali dia menghela nafas panjang dengan lelah. 

Suasana rumah tampak sudah gelap, hanya diterangi cahaya dari lampu sudut di beberapa titik. Lelaki itu terus melangkah lurus saja menuju tangga, ingin segera tiba di kamar. Tapi ketika kakinya hendak menaiki tangga, Evan terhenti. Dia memutar tubuhnya dan menyadari jika ruang makan masih terang benderang dari kejauhan sana. Terusik, Evan pun mengarahkan langkahnya ke sana.

Dan dia lalu tertegun. 

Tampak Zola tertidur di atas meja makan dengan berbantalkan kedua tangannya. Sepertinya dia menunggu Evan pulang dan dia sudah menyiapkan makan malam. 

Evan mendekatinya, menatap wajah cantik yang tampak lelap tertidur. 

"Zola," panggil Evan menyentuh pundak istrinya itu dengan lembut. Namun Zola tampaknya sangat kelelahan dan tidurnya sangat nyenyak.

Evan merasa iba, dan dia terenyuh. 

"Maaf membuatmu menunggu, Sayang," bisik Evan membelai rambut Zola yang tak memakai hijab, hanya dikepang dan menjuntai di salah satu bahunya.

Evan sadar dengan hubungan mereka akhir-akhir menjadi dingin dan kaku, entah kenapa rasanya ada yang mengganjal di hatinya sejak Zola keguguran untuk kedua kalinya itu. Meski begitu bukan berarti dia mengabaikan istrinya begitu saja, Evan masih memperhatikannya dan menjaganya dari jauh. 

"Kamu bisa sakit leher nanti," gumam Evan sambil menyusupkan tangannya ke bawah lutut Zola. 

Perlahan, dia pun mengangkat tubuh Zola dan membawanya ke kamar. Evan tertegun merasakan jika Zola sedikit lebih ringan sekarang, dan itu membuatnya sedih. Dilihatnya wajah cantik itu tampak redup.

Evan mendorong pintu kamar dengan bahunya, perlahan dan hampir tak bersuara, tak ingin membuat Zola terusik dan bangun dari tidurnya. Dia menurunkan tubuh istrinya itu dengan lembut di atas tempat tidur dan menarik selimut hingga menutupi dada Zola.

Dipandanginya wajah itu, dan membelai kepalanya dengan lembut. 

"Ada sedikit masalah di kantor dan aku tak mau kamu tahu, Sayang," ungkap Evan pelan, "kamu sudah cukup kelelahan dengan semua ini, aku tak mau menambah beban pikiranmu, jadi tolong maafkan aku!"

Evan menunduk dan mencium kening Zola dengan lembut lalu beranjak berdiri, berjalan memasuki kamar mandi.

Sepeninggal Evan, diam-diam Zola membuka matanya dan menatap ke arah pintu kamar mandi. 

"Ya Allah, apa yang terjadi, Mas?" bisiknya merasa sedih. 

Zola langsung teringat perkataan Danar yang mengancam akan membuat kekacauan. Seketika jantungnya berdebar kencang. 

"Apa ini yang dikatakan oleh Danar? Apa yang sudah dia lakukan sebenarnya?" gumamnya dan dia mulai gelisah. 

"Aku akan harus menanyakan ini pada Tama!"

***

Besoknya, Zola sengaja berangkat siang dan berkata akan libur kerja pada Evan. Padahal dia berniat mengunjungi rumah Tama. Maka ketika dilihatnya mobil Evan sudah pergi, Zola pun bersiap-siap.

"Nyonya mau kemana?" tanya Mbok Titi heran, bukannya tadi dia mendengar jika Zola akan libur hari itu.

Zola tersenyum sambil merapikan hijabnya, sengaja dia berpakaian serba tertutup melebihi biasanya karena dia akan keluar sendirian. Itu pula yang membuat Mbok Titi heran melihatnya.

"Aku mau ke rumah Papa, sebentar saja, Mbok," jawab Zola.

Mbok Titi pun mengangguk mengiyakan.

Zola bergegas menuju mobilnya. Ia ingat jika Jihan, istri Tama, tengah hamil besar dan sebentar lagi melahirkan, maka dia berniat ingin membelikan hadiah kecil sebelum ke sana.

Setelah membeli oleh-oleh dan makanan kecil, Zola pun mejalankan mobilnya menuju rumah asisten suaminya itu. Dan penjaga gerbang di rumah Tama mengenal Zola meski wanita itu masih memakai masker.

"Silahkan, Nyonya," sambutnya mempersilakan Zola memasukan mobilnya.

"Terimakasih, Pak!" balas Zola mengangguk.

Jihan yang sedang menyiram tanaman hiasnya mengerutkan kening melihat ada mobil asing memasuki halaman rumahnya. Dia melihat ke arah penjaga gerbangnya yang memberi akses masuk pada mobil itu, itu artinya dia mengenal si pengemudi.

"Siapa?" gumamnya heran dan mengawasi siapa yang akan keluar dari ruang kemudi.

Dan matanya membulat melihat siapa yang muncuk kemudian. "Mbak Zola?" ucapnya heran. 

Jihan pun segera meletakkan selang air, membersihkan tangannya lalu bergegas menghampiri wanita itu.

"Assalaamu'alaikum!" ucap Zola.

"Waalaikum salaam," sambut Jihan, "kupikir siapa tadi!" lanjutnya merangkul Zola sebentar, sudah lama rasanya mereka tak bertemu sejak Jihan mengambil cuti hamilnya.

"Apa kabar, Jihan? Sehat?" tanya Zola membalas rangkulan Jihan.

"Alhamdulillah aku sehat, Mbak sendiri bagaimana?" tanya Jihan balik sambil menggandeng istri atasan suaminya itu menuju ke rumah.

"Syukurlah, bayimu sehat?" Zola meminta izin menyentuh perut, Jihan tentu saja mengizinkannya.

"Iya, Mbak, aku tinggal menunggu HPL saja," ucap Jihan.

Mereka lalu memasuki ruang tengah dan duduk santai. Ketika itu pembantu Jihan muncul membawakan barang dari mobil Zola

"Nyonya, ini mau ditaruh dimana?" tanyanya.

Jihan membelalak kaget melihat semua barang-barang itu, ada stroller dan satu dus pakaian bayi yang lucu-lucu.

"Ya Allah, Mbak! Kenapa repot-repot?" desah Jihan merasa tersanjung, dia meminta pelayannya meletakkan semua itu di kursi.

Mata Zola tampak menyipit ketika dia tersenyum, membuat Jihan sendiri terpana dengan kecantikan dan keanggunannya. 

"Aku nggak tahu bayimu nanti laki-laki atau perempuan, jadi aku beli unisex saja!" kekehnya.

Jihan tertawa seraya geleng-geleng kepala, dia dengan gembiranya melihat semua itu, dan tertawa gemas ketika melihat baju-baju bayi.

Zola terdiam sejenak dan memperhatikan Jihan yang masih antusias membuka hadiah itu. 

"Heum, Jihan, aku ingin bertanya sesuatu, bisa kah?" ucap Zola agak ragu.

Jihan menoleh padanya, "Apa?" tanyanya.

Zola menghela nafas, "Apa kamu tahu apa yang terjadi di perusahaan? Evan terlihat frustasi semalam dan aku mencemaskan itu," katanya menatap lekat pada Jihan.

Jihan sontak tertegun, "Mungkin Tuan Evan tidak mau Mbak terbebani sehingga dia tak memberitahu soal itu," ucapnya bingung.

"Soal apa?" kejar Zola.

Jihan memejamkan matanya, dia kelepasan bicara. Seharusnya dia lebih menjaga kata-katanya, karena sepertinya Evan tidak membicarakannya pada Zola, itu artinya lelaki itu tidak ingin istrinya tahu soal kemelut yang baru saja menghantui perusahaan mereka itu.

"Jihan, aku mohon!" pinta Zola ketika melihat wanita itu terdiam. Dia sudah menebak ada sesuatu yang terjadi dan sangat gawat.

Jihan membasahi bibirnya, dia ragu. Apa yang akan dia katakan mungkin akan membuat Zola terkejut.

"Jihan, aku hanya ingin tahu," desak Zola, "aku melihat perubahan sikap Evan semalam, dan aku tak ingin berburuk sangka pada suamiku sendiri, jadi tolong katakan apa yang terjadi!"

Jihan menatap Zola dengan gamang, dia juga mendengar apa yang sudah terjadi pada Zola dari Tama. Dia pun merasa iba dan ikut prihatin, dan memaklumi dengan kekhawatiran wanita cantik itu.

"Sebelumnya tolong jangan sampai Tuan Evan tahu, aku tak ingin membuatnya marah!" pinta Jihan yang membuat Zola semakin tegang dan penasaran.

"Tentu! Aku akan menjaga rahasia, aku hanya ingin tahu!" timpal Zola meyakinkan Jihan dan menggenggam tangannya.

"Sebenarnya, perusahaan sedang mengalami kebangkrutan, para klien di kantor cabang membatalkan kerja sama dan itu membuat kerugian yang tak sedikit. Dan para investor menarik saham secara besar-besaran, sehingga kita tak bisa menutup semua kerugian yang ada karena nilai saham langsung anjlok dalam semalam!" terang Jihan sedih.

Zola menutup mulutnya, tak menyangka jika kejadiannya sangat genting seperti itu. Tak terbayang Evan harus memikirkan semuanya sendiri. 

"Berapa kerugian kita?" tanya Zola dengan suara tersendat menahan tangis.

Jihan menelan saliva sebelum dia lalu menjawab dengan suara lirih ...

"Sekitar 271 Trilliun!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 7. Maaf

    Zola mengemudi dengan pikiran sekacau badai, terngiang pembicaraan dia dan Jihan beberapa saat lalu."Ya Allah, 271 Trilliun!" desahnya kalut, kepalanya langsung berdenyut sakit memikirkannya. Apalagi Kareem yang menghadapi semuanya."Apa yang bisa aku lakukan, Mas, apa?" ucapnya sedih. Dan di balik semua itu, Zola terpikirkan Danar. Ini pasti ulahnya!"Dimana kamu, Danar? Kita harus bicara!" geramnya sambil meremas kemudinya dengan kuat. Danar selalu menemuinya jika sedang di kantor, maka Zola berpikir mungkin lelaki itu akan muncul lagi jika dia sedang di sana. Meski dia heran kenapa Danar bisa bebas keluar masuk di kantornya itu. Maka Zola pun mengarahkan mobilnya menuju ke kantornya.Tak sabar, Zola segera turun dari mobil, dan bergegas menuju ke ruangannya. Yana yang heran karena Zola datang di waktu siang begini segera mengikutinya ke ruangan."Permisi, Bu, mau kubuatkan kopi?" kata Yana.Zola mengangguk, dia memang membutuhkan sedikit kafein siang ini. Kepalanya terasa berat

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 6. Perusahaan Evan Sedang Goyah. 

    Evan berjalan masuk ke dalam rumah, wajahnya tampak letih dan muram. Beberapa kali dia menghela nafas panjang dengan lelah. Suasana rumah tampak sudah gelap, hanya diterangi cahaya dari lampu sudut di beberapa titik. Lelaki itu terus melangkah lurus saja menuju tangga, ingin segera tiba di kamar. Tapi ketika kakinya hendak menaiki tangga, Evan terhenti. Dia memutar tubuhnya dan menyadari jika ruang makan masih terang benderang dari kejauhan sana. Terusik, Evan pun mengarahkan langkahnya ke sana.Dan dia lalu tertegun. Tampak Zola tertidur di atas meja makan dengan berbantalkan kedua tangannya. Sepertinya dia menunggu Evan pulang dan dia sudah menyiapkan makan malam. Evan mendekatinya, menatap wajah cantik yang tampak lelap tertidur. "Zola," panggil Evan menyentuh pundak istrinya itu dengan lembut. Namun Zola tampaknya sangat kelelahan dan tidurnya sangat nyenyak.Evan merasa iba, dan dia terenyuh. "Maaf membuatmu menunggu, Sayang," bisik Evan membelai rambut Zola yang tak memakai

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 5. Prahara.

    Hari-hari berlalu, baik Evan dan Zola beraktivitas seperti biasa. Tampak dari luar, semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi di balik semua itu, keharmonisan antara keduanya sedikit berubah. Tak ada lagi senyum tulus, semua berlaku hanya untuk formalitas belaka karena ingin menjaga perasaan satu sama lain. Terutama Evan terhadap Zola."Apa kamu mau jemput nanti, Mas?" tanya Zola ketika menghubungi Evan di ponselnya. Hening sejenak, Zola mendengar jawaban Evan dari seberang sana. Dan kemudian wajahnya berubah murung dan dia berujar pelan ..."Baiklah, Mas, nanti aku naik taksi saja," ucap Zola dengan suara tersendat menahan tangis.Bibirnya bergetar dan tersenyum perih. "Iya tidak apa-apa, Mas, kita ketemu di rumah, aku tunggu!" tutup Zola lalu mengucapkan salam dan memutuskan sambungan telepon mereka.Zola terduduk di kursinya dan mulai menangis sendirian. "Semuanya tak lagi sama, aku tahu itu, Mas!" ratapnya tersedu-sedu sampai bahunya berguncang halus. Ketika itu pintu ruangannya

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 4. Kecewa.

    Seolah dejavu, Evan berlari turun dari mobil dengan membawa Zola di tangannya. Berteriak dan meminta petugas medis untuk segera menolong istrinya itu. "Baik, Pak! Serahkan semuanya pada kami!" kata perawat itu berusaha menghalau Evan yang hendak ikut masuk ke dalam ruang tindakan.Evan akhirnya berhenti di ambang pintu memandangi kepergian Zola yang terbaring di atas brankar. Dan wajahnya yang kesakitan itu menatap ke arahnya dengan mata menyorot penuh sesal dan kesedihan.Evan meremas rambutnya dengan marah. Ya. Kali ini dia benar-benar marah dengan kejadian ini, tapi dia tak tahu bagaimana mengungkapkan kemarahannnya itu. Dan pada akhirnya menjadi sesuatu yang mengganjal di dadanya dan membuatnya sesak."Evan, bagaimana Zola?" Surendra datang dengan tergopoh-gopoh ditemani Awan di belakangnya.Evan mengangkat wajahnya dan memandang mertuanya itu, ingin sekali rasanya dia berteriak dan mengatakan semuanya pada Surendra. Tapi dia masih memiliki akal sehat dan etika, maka yang dia la

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 3. Hasil Kerja Keras.

    Beberapa bulan berlalu sejak Zola di ijinkan pulang dari rumah sakit, dia kembali beraktifitas seperti biasanya.Bekerja.Suatu hari, Zola hendak menyuapkan sesendok sup krim jamur itu ke mulutnya ketika tiba-tiba saja dia merasa perutnya bergejolak naik dan membuatnya mual. Aroma dari sup itu entah kenapa jadi terasa menjijikkan di hidungnya."Sayang? Kamu tidak apa-apa?" tanya Evan ketika melihat Zola terdiam dengan wajah pucat.Zola tak segera menjawab, hanya saja matanya menatap panik pada Evan dan dia menutup mulutnya dengan tangan. Dan sebelum sempat Evan bicara lagi, Zola sudah bangkit berdiri dan melesat pergi menuju toilet yang ada di sudut restoran itu.Evan yang melihat itu hanya melongo kaget, namun perlahan bibirnya tertarik berlawanan dan membentuk sebuah senyuman. Sepertinya apa yang mereka tunggu sudah terjadi."Malam itu berhasil!" gumamnya dengan menahan tawa bahagia dan haru, dia pun segera berdiri untuk menyusul Zola.Dan beberapa lama kemudian, keduanya sudah ada

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 2. Saling menguatkan.

    Evan merasa hancur ketika menandatangani persetujuan kuret untuk Zola. Entah bagaimana dia menggambarkan perasaannya saat ini, ketika dia tahu istrinya tengah hamil justru ketika janin tersebut gagal untuk bertahan. "Ya Allah, maafkan aku, maafkan aku!" ucapnya berbisik berulang kali. Dia menyangga kepalanya yang terasa berat, dan semakin berat sejak mengetahui kehamilan Zola. Awan setia menemaninya dan duduk mendampingi majikannya itu. Selagi mereka menunggu proses kuret di dalam ruangan tindakan, Evan terlihat gelisah dan tidak tenang. Wajahnya tegang dan penuh dengan gurat kecemasan di sana. "Minum dulu, Tuan," ucap Awan sambil menyodorkan sebotol air mineral pada Evan.Lelaki berwajah campuran dengan jambang halus di rahangnya itu menerimanya seraya mengucapkan terimakasih.Saat itu Surendra datang, dia baru saja selesai melaksanakan shalat sunnah sekaligus mendoakan keselamatan putrinya."Bagaimana?" tanyanya ketika dilihatnya Evan masih saja berada di depan pintu ruang tinda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status