Home / Romansa / Aku Hamil Anak Kamu, Mas! / Bab 3. Hasil Kerja Keras.

Share

Bab 3. Hasil Kerja Keras.

Author: Ucing Ucay
last update Last Updated: 2025-10-05 12:47:27

Beberapa bulan berlalu sejak Zola di ijinkan pulang dari rumah sakit, dia kembali beraktifitas seperti biasanya.

Bekerja.

Suatu hari, Zola hendak menyuapkan sesendok sup krim jamur itu ke mulutnya ketika tiba-tiba saja dia merasa perutnya bergejolak naik dan membuatnya mual. Aroma dari sup itu entah kenapa jadi terasa menjijikkan di hidungnya.

"Sayang? Kamu tidak apa-apa?" tanya Evan ketika melihat Zola terdiam dengan wajah pucat.

Zola tak segera menjawab, hanya saja matanya menatap panik pada Evan dan dia menutup mulutnya dengan tangan. Dan sebelum sempat Evan bicara lagi, Zola sudah bangkit berdiri dan melesat pergi menuju toilet yang ada di sudut restoran itu.

Evan yang melihat itu hanya melongo kaget, namun perlahan bibirnya tertarik berlawanan dan membentuk sebuah senyuman. 

Sepertinya apa yang mereka tunggu sudah terjadi.

"Malam itu berhasil!" gumamnya dengan menahan tawa bahagia dan haru, dia pun segera berdiri untuk menyusul Zola.

Dan beberapa lama kemudian, keduanya sudah ada di hadapan seorang dokter kandungan. Zola meremas tangannya dengan gugup, dia berdebar menantikan hasil tes kehamilan yang tadi dia lakukan. 

Evan mengerti dengan perasaan istrinya itu dan dia pun meraih tangan Zola lalu menggenggamnya dengan hangat.

"Bagaimana kalau itu hanya asam lambung saja, Mas?" tanya Zola tidak percaya diri, jujur saja dia takut jika ternyata hasilnya negatif dan mengecewakan Evan.

"Tak apa, artinya Allah belum mempercayakan itu pada kita!" ucap Evan tersenyum. 

Meski jawaban Evan menyejukkan seperti itu, tetap saja Zola khawatir.

Dokter wanita itu menerima hasil tes kehamilan Zola dari perawatnya, dia lalu membukanya dan matanya merayapi setiap tulisan yang ada di dalamnya dengan seksama. Dan itu membuat suami istri yang ada di hadapannya itu semakin gugup dan tegang. 

Kemudian dokter wanita itu tersenyum cerah dan menatap Evan dan Zola, dan seiring dengan persaan bahagia yang membuncah di dalam dada, dokter itu lalu berkata dengan suara riang dan jelas.

"Selamat, istri Anda hamil, Tuan."

Sontak saja Evan menoleh pada Zola dan memeluk wanita itu dengan penuh rasa bahagia.

"Alhamdulillah, akhirnya!" serunya gembira.

Zola sendiri seolah tak tak percaya, dia menangis haru dan tak bisa berkata apapun. Perasaan ini begitu mengguncangnya, memikirkan andai saja dia menyadari kehamilannya yang pertama dan ...

"Terimakasih, Sayang! Terimakasih!" ucap Evan mencium kening Zola dengan penuh kasih sayang. 

Zola tersenyum dan mengangguk dengan air mata bahagia berlinang di pipinya.

***

Dan tentu saja, sejak mengetahui kehamilan Zola, Evan pun semakin over protektif dan dengan tegas melarang Zola untuk bekerja. 

"Hanya 1 minggu ini saja, Mas! Aku harus menyelesaikan semuanya dan menyiapkan Yana untuk tugasnya!" pinta Zola memohon pada Evan.

Evan menghela nafas kasar, dia lalu memandang istrinya itu dengan gamang. 

"Aku cemas, Sayang! Aku tidak mau kamu kelelahan lagi!" kata Evan, gemas. Entah bagaimana lagi memberi pengertian pada Zola jika dia sangat mengkhawatirkan kesehatannya. 

Zola mengangguk, "Aku tahu, Mas, tapi aku tidak bisa melepaskan semua begitu saja dengan tiba-tiba! Yana akan kewalahan dan mungkin dia membutuhkan bantuan nantinya!" katanya dengan suara lembut, berusaha agar Evan pun mengerti. 

Evan tak menjawab, dia kehabisan kata-kata dan tak ingin memperpanjang perdebatan menjadi semakin meruncing. Dia menggelengkan kepala dan menghembuskan nafas lelah.

"Baiklah," ucapnya, "tapi dengan satu syarat, kamu tidak boleh membawa mobil sendiri dan mengurangi jam kerja!" tambah Evan mengacungkan telunjuknya.

"Dan hanya satu minggu!" jelasnya lagi untuk mempertegas kalimatnya.

Zola mengangguk dan tersenyum riang, dipeluknyan lengan Evan dengan lega.

"Terimakasih, Mas! Kamu memang yang terbaik!" sanjungnya yang membuat Evan hanya bisa mendesah pasrah karenanya.

Beberapa hari kemudian ...

Evan menghela nafas panjang, meredam rasa kesal di dalam hatinya. Zola masih saja sibuk dengan pekerjaannya dan dia sendiri tak tega jika harus mengungkapkan kemarahannya. Dan yang dia bisa hanyalah mengawasi dan mengingatkannya untuk berhati-hati selama bekerja. 

"Ya Allah, beri aku kesabaran lebih!" hembus Kareem lelah. Berharap Zola akan baik-baik saja.

Sementara itu, di kantor Zola ...

Wanita itu masih berkutat dengan pekerjaan seperti biasa, meski janjinya pada Evan akan melepaskan semua pekerjaan satu demi satu, tapi nyatanya memang tidak semudah itu. Ada saja kendala yang membuat dia harus turun tangan sendiri.

"Mulai minggu depan kamu harus bisa menangani semuanya sendiri di kantor, Yana, karena aku akan bekerja dari rumah saja selama trimester pertama seperti sekarang," jelas Zola pada Yana. Gadis itu mengangguk patuh dan mendengarkan dengan baik semua arahan Zola.

Sampai akhirnya sore tiba, Zola pun pulang. Seperti biasa, dia mampir ke rumah Surendra.

"Kamu jangan capek-capek terus, Nak, jaga kandungannya!" tegur Surendra, bagaimanapun dia juga khawatir dengan Zola yang bersikeras bekerja.

Zola tersenyum, "Iya, Pa! Aku sudah minta izin mas Evan untuk seminggu ini menyiapkan asistenku di kantor, jadi habis ini aku kerja dari rumah," jelasnya sambil menggandeng Surendra berjalan masuk ke dalam rumah.

Surendra menghela nafas panjang, dia bisa mengerti jika menantunya pun mulai jengah dengan Zola yang keras kepala. Dan itulah hal kedua yang dia cemaskan.

"Patuhi suami kamu, Nak, jangan buat Evan kesal! Dia juga begitu karena saking sayangnya sama kamu!" kata Surendra, tak habis-habis dia juga mengingatkan putrinya.

Zola tersenyum, mengerti jika ayahnya itu pun mencemaskan dirinya.

"Baik, Papa! Aku akan berhenti bekerja lusa nanti!" tukas Zola, sekedar ingin meredakan kekesalan ayahnya itu sekarang.

Surendra pun barulah bernafas lega mendengarnya.

***

Menjelang Maghrib, Zola baru sampai di rumahnya. Dan dia terkejut karena Evan sudah ada di rumah terlebih dahulu.

"Mas, sudah pulang?" sapanya sedikit kikuk melihat wajah lelah Evan. Dengan kaku dia mencium tangan suaminya itu.

"Ya, baru juga sampai!" jawab Evan tersenyum letih.

"Maaf, tadi aku mampir ke rumah Papa dulu," ucap Zola mengulas senyum tipis.

"Tak apa, sebaiknya kamu segera mandi, kita makan sama-sama!" kata Evan cepat mengalihkan pembicaraan.

Zola mengangguk meski hatinya mulai tak enak karenanya.

Mereka pun menaiki tangga bersama-sama dan Evan menggandeng tangan Zola seraya mulutnya tak bosan memperingatkan istrinya itu untuk melangkah hati-hati.

Dan ketika mereka baru saja sampai di kamar, tiba-tiba saja Zola meringis memegangi perutnya. 

"Mas," rintihnya meremas lengan kemeja Evan. 

Evan yang melihat itu pun melotot kaget, pikiran buruk pun langsung menghinggapinya.

"Zola, Sayang! Kenapa? Apa yang sakit?" tanyanya mulai panik.

Zola tak menjawab, hanya saja matanya menatap Evan dengan air mata berlinang. 

"Tolong aku, Mas! Tolong!" erangnya berpegangan pada Evan.

"Ya Allah!" gumam Evan dengan berbagai perasaan berkecamuk di dalam dadanya.

Zola mengerang kesakitan merasakan perutnya yang seolah diremas kuat-kuat, dan dia hampir terjatuh jika saja Evan tidak sigap menahannya. 

Tak ingin hanya menunggu saja, Evan segera mengangkat tubuh Zola dan membawanya keluar dari kamar.

"Siapkan mobil! SEKARANG!" teriaknya sejak dari ujung atas tangga. 

Semua yang mendengar itu pun terkejut dan semakin terbelalak ketika melihat Zola ada dalam gendongan Evan. 

Dan begitu mobil siap di depan teras, segera saja Evan masuk membawa Zola dan mengemudikan sendiri kendaraan itu menuju rumah sakit.

"Tidak-tidak! Ini tidak boleh terjadi lagi!"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 7. Maaf

    Zola mengemudi dengan pikiran sekacau badai, terngiang pembicaraan dia dan Jihan beberapa saat lalu."Ya Allah, 271 Trilliun!" desahnya kalut, kepalanya langsung berdenyut sakit memikirkannya. Apalagi Kareem yang menghadapi semuanya."Apa yang bisa aku lakukan, Mas, apa?" ucapnya sedih. Dan di balik semua itu, Zola terpikirkan Danar. Ini pasti ulahnya!"Dimana kamu, Danar? Kita harus bicara!" geramnya sambil meremas kemudinya dengan kuat. Danar selalu menemuinya jika sedang di kantor, maka Zola berpikir mungkin lelaki itu akan muncul lagi jika dia sedang di sana. Meski dia heran kenapa Danar bisa bebas keluar masuk di kantornya itu. Maka Zola pun mengarahkan mobilnya menuju ke kantornya.Tak sabar, Zola segera turun dari mobil, dan bergegas menuju ke ruangannya. Yana yang heran karena Zola datang di waktu siang begini segera mengikutinya ke ruangan."Permisi, Bu, mau kubuatkan kopi?" kata Yana.Zola mengangguk, dia memang membutuhkan sedikit kafein siang ini. Kepalanya terasa berat

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 6. Perusahaan Evan Sedang Goyah. 

    Evan berjalan masuk ke dalam rumah, wajahnya tampak letih dan muram. Beberapa kali dia menghela nafas panjang dengan lelah. Suasana rumah tampak sudah gelap, hanya diterangi cahaya dari lampu sudut di beberapa titik. Lelaki itu terus melangkah lurus saja menuju tangga, ingin segera tiba di kamar. Tapi ketika kakinya hendak menaiki tangga, Evan terhenti. Dia memutar tubuhnya dan menyadari jika ruang makan masih terang benderang dari kejauhan sana. Terusik, Evan pun mengarahkan langkahnya ke sana.Dan dia lalu tertegun. Tampak Zola tertidur di atas meja makan dengan berbantalkan kedua tangannya. Sepertinya dia menunggu Evan pulang dan dia sudah menyiapkan makan malam. Evan mendekatinya, menatap wajah cantik yang tampak lelap tertidur. "Zola," panggil Evan menyentuh pundak istrinya itu dengan lembut. Namun Zola tampaknya sangat kelelahan dan tidurnya sangat nyenyak.Evan merasa iba, dan dia terenyuh. "Maaf membuatmu menunggu, Sayang," bisik Evan membelai rambut Zola yang tak memakai

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 5. Prahara.

    Hari-hari berlalu, baik Evan dan Zola beraktivitas seperti biasa. Tampak dari luar, semuanya terlihat baik-baik saja. Tapi di balik semua itu, keharmonisan antara keduanya sedikit berubah. Tak ada lagi senyum tulus, semua berlaku hanya untuk formalitas belaka karena ingin menjaga perasaan satu sama lain. Terutama Evan terhadap Zola."Apa kamu mau jemput nanti, Mas?" tanya Zola ketika menghubungi Evan di ponselnya. Hening sejenak, Zola mendengar jawaban Evan dari seberang sana. Dan kemudian wajahnya berubah murung dan dia berujar pelan ..."Baiklah, Mas, nanti aku naik taksi saja," ucap Zola dengan suara tersendat menahan tangis.Bibirnya bergetar dan tersenyum perih. "Iya tidak apa-apa, Mas, kita ketemu di rumah, aku tunggu!" tutup Zola lalu mengucapkan salam dan memutuskan sambungan telepon mereka.Zola terduduk di kursinya dan mulai menangis sendirian. "Semuanya tak lagi sama, aku tahu itu, Mas!" ratapnya tersedu-sedu sampai bahunya berguncang halus. Ketika itu pintu ruangannya

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 4. Kecewa.

    Seolah dejavu, Evan berlari turun dari mobil dengan membawa Zola di tangannya. Berteriak dan meminta petugas medis untuk segera menolong istrinya itu. "Baik, Pak! Serahkan semuanya pada kami!" kata perawat itu berusaha menghalau Evan yang hendak ikut masuk ke dalam ruang tindakan.Evan akhirnya berhenti di ambang pintu memandangi kepergian Zola yang terbaring di atas brankar. Dan wajahnya yang kesakitan itu menatap ke arahnya dengan mata menyorot penuh sesal dan kesedihan.Evan meremas rambutnya dengan marah. Ya. Kali ini dia benar-benar marah dengan kejadian ini, tapi dia tak tahu bagaimana mengungkapkan kemarahannnya itu. Dan pada akhirnya menjadi sesuatu yang mengganjal di dadanya dan membuatnya sesak."Evan, bagaimana Zola?" Surendra datang dengan tergopoh-gopoh ditemani Awan di belakangnya.Evan mengangkat wajahnya dan memandang mertuanya itu, ingin sekali rasanya dia berteriak dan mengatakan semuanya pada Surendra. Tapi dia masih memiliki akal sehat dan etika, maka yang dia la

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 3. Hasil Kerja Keras.

    Beberapa bulan berlalu sejak Zola di ijinkan pulang dari rumah sakit, dia kembali beraktifitas seperti biasanya.Bekerja.Suatu hari, Zola hendak menyuapkan sesendok sup krim jamur itu ke mulutnya ketika tiba-tiba saja dia merasa perutnya bergejolak naik dan membuatnya mual. Aroma dari sup itu entah kenapa jadi terasa menjijikkan di hidungnya."Sayang? Kamu tidak apa-apa?" tanya Evan ketika melihat Zola terdiam dengan wajah pucat.Zola tak segera menjawab, hanya saja matanya menatap panik pada Evan dan dia menutup mulutnya dengan tangan. Dan sebelum sempat Evan bicara lagi, Zola sudah bangkit berdiri dan melesat pergi menuju toilet yang ada di sudut restoran itu.Evan yang melihat itu hanya melongo kaget, namun perlahan bibirnya tertarik berlawanan dan membentuk sebuah senyuman. Sepertinya apa yang mereka tunggu sudah terjadi."Malam itu berhasil!" gumamnya dengan menahan tawa bahagia dan haru, dia pun segera berdiri untuk menyusul Zola.Dan beberapa lama kemudian, keduanya sudah ada

  • Aku Hamil Anak Kamu, Mas!    Bab 2. Saling menguatkan.

    Evan merasa hancur ketika menandatangani persetujuan kuret untuk Zola. Entah bagaimana dia menggambarkan perasaannya saat ini, ketika dia tahu istrinya tengah hamil justru ketika janin tersebut gagal untuk bertahan. "Ya Allah, maafkan aku, maafkan aku!" ucapnya berbisik berulang kali. Dia menyangga kepalanya yang terasa berat, dan semakin berat sejak mengetahui kehamilan Zola. Awan setia menemaninya dan duduk mendampingi majikannya itu. Selagi mereka menunggu proses kuret di dalam ruangan tindakan, Evan terlihat gelisah dan tidak tenang. Wajahnya tegang dan penuh dengan gurat kecemasan di sana. "Minum dulu, Tuan," ucap Awan sambil menyodorkan sebotol air mineral pada Evan.Lelaki berwajah campuran dengan jambang halus di rahangnya itu menerimanya seraya mengucapkan terimakasih.Saat itu Surendra datang, dia baru saja selesai melaksanakan shalat sunnah sekaligus mendoakan keselamatan putrinya."Bagaimana?" tanyanya ketika dilihatnya Evan masih saja berada di depan pintu ruang tinda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status