Tinta Merah Takdir yang Terhapus의 모든 챕터: 챕터 21 - 챕터 30

Pagi itu, udara musim panas terasa berat di Ruangan Lyceum, tetapi Eleanora membawa beban yang lebih berat—tekadnya yang membatu. Ia telah menghabiskan sebagian besar malamnya bukan hanya meninjau dokumen, tetapi juga memperkuat alasan logis untuk ultimatumnya. Keinginan Zepyr untuk mengulur waktu harus diputus.Eleanora mengenakan gaun abu-abu kehijauan, warna yang menegaskan sifatnya sebagai pewaris Perbatasan yang praktis, bukan bangsawan Ibu Kota yang boros waktu. Ia bahkan tidak repot-repot membiarkan Seraphina memeriksa penampilannya secara mendetail. Fokusnya adalah pada dokumen yang ia pegang erat.Ketika Kael datang melalui pintu rahasia untuk memanggilnya, Eleanora sudah berdiri tegak."Selamat pagi, Tuan Kael," sapa Eleanora. "Saya sudah siap. Dan saya memiliki proposal mendesak yang perlu Yang Mulia pertimbangkan segera."Kael, yang selalu sensitif terhadap perubahan suasana, melihat ketegasan baru dalam sorot mata Eleanora. Ia hanya mengangguk pendek. "Silakan, Lady Vill

Malam setelah makan siang itu, Eleanora bekerja hingga larut, berusaha memadatkan pekerjaan tiga hari menjadi dua hari. Ia memandang langit Lyceum, merasakan waktu musim panas Ibu Kota menyusut cepat, sejalan dengan kesempatannya untuk melarikan diri.Sisa dua hari. Dua kali lagi aku harus menghadapi tatapan intensnya dan manuver anehnya.Eleanora merasa letih bukan karena volume pekerjaan, melainkan karena keharusan menjaga perisai formalitasnya tanpa cela di hadapan Zepyr, yang perilakunya semakin sulit diprediksi.Keesokan harinya, pukul satu siang, suasana di Ruang Perundingan terasa lebih dingin. Eleanora tiba lebih awal, duduk di meja marmer yang panjang, dan meletakkan setumpuk dokumen yang telah ia revisi. Ia ingin menunjukkan bahwa ia tidak datang untuk makan, melainkan untuk bekerja.Zepyr masuk, kali ini mengenakan seragam upacara yang lebih ringan, memancarkan aura Putra Mahkota yang dingin. Zepyr memberikan anggukan kaku kepada Eleanora, yang dibalas dengan Salam Kekaisar

Pagi terakhir Eleanora di Lyceum terasa secerah janji kebebasan. Matahari musim panas masuk melalui jendela besar, memandikan ruangan dengan cahaya keemasan yang terasa seperti pengharapan. Eleanora bangun dengan perasaan yang berbeda; bukan lagi ketegangan yang menekan, melainkan fokus yang tajam.Ia telah berhasil melewati malam yang paling menguji. Eleanora tahu, Zepyr akan melakukan manuver terakhir hari ini, di Ruang Perundingan, tempat di mana mereka harus menyelesaikan final dokumen dan penandatanganan.Eleanora memilih gaun berwarna krem pucat, bukan abu-abu atau biru gelap lagi. Itu adalah warna yang tenang, menandakan akhir dari perjuangan dan dimulainya perjalanan pulang. Seraphina merapikan rambutnya tanpa banyak bicara, merasakan ketegasan Eleanora yang tak tergoyahkan."Lady," bisik Seraphina, suaranya dipenuhi harapan. "Anda akan segera pulang.""Ya, Seraphina," jawab Eleanora, matanya memandang bayangannya di cermin. "Dan aku akan membawa pulang kedamaian dan jaminan u

Malam hari, Benteng Duchy Villon menyambut Eleanora. Udara dingin yang menusuk tulang segera menyambutnya. Gerbang batu Benteng Villon terasa seperti pelukan yang sudah lama dinanti.Duke Villon, ayahnya, menyambutnya di aula utama. Pria tua itu terlihat lega melihat putrinya, tetapi ada kekhawatiran yang terukir jelas di wajahnya."Eleanora," sapa Duke Villon, memeluk putrinya erat-erat. "Aku bangga padamu. Kau berhasil. Aku lihat cap Kaisar di sana."Eleanora menyerahkan dokumen yang telah divalidasi. "Semua sudah selesai, Ayah. Tapi... mengenai utusan Putra Mahkota?"Duke Villon mengangguk, nadanya meredup. "Mereka ada di sini, Eleanora. Empat orang administrator logistik militer. Mereka adalah pria-pria yang cerdas dan loyal hanya kepada Yang Mulia sendiri. Mereka menempati sayap timur benteng. Mereka formal, sopan, tetapi... mengganggu."Duke Villon merendahkan suaranya. "Mereka menanyakan tentang jalur suplai, tentang peta tambang, tentang sistem pertahanan. Mereka bergerak seol

"Tuliskan ini: 'Kepada Duchess Cecilia de Villon, Istri dari Sekutu Saya yang Terhormat, Duke Villon. Saya menerima kabar bahwa Putri Anda, Eleanora de Villon, kembali dengan selamat. Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan yang mungkin ditimbulkan oleh utusan saya yang terlalu efisien. Sebagai permintaan maaf, saya telah mengirimkan kotak biji kakao terbaik dari perkebunan Kekaisaran. Saya harap Putri Anda, Eleanora, akan menggunakannya untuk membuat cokelat panas yang dapat meredakan ketegangan yang ia dapatkan selama negosiasi. Hormat saya, Zepyr Kyrios Basileus, Putra Mahkota.'"Kael mencatat kata demi kata, tercengang. Surat ini jelas merupakan serangan personal yang sangat aneh.Zepyr menyegel surat itu."Dan Kael," tambah Zepyr, ia menatap gulungan Aliansi. "Pastikan Eleanora de Villon menerima laporan bulanan tentang kemajuan pembangunan Jalur Pos dan Transportasi Kekaisaran yang diperkeras. Detail