Semua Bab Setelah Aku Kau Miliki: Bab 31 - Bab 40

Naima segera memakai jilbab lalu keluar kamar. Suasana masih remang-remang jam lima pagi itu. Untungnya motor ditaruh di gudang. Jadi bisa dipakai sewaktu-waktu. Jarak toko ke pasar sekitar 1,5 km. Sebenarnya tidak tega meninggalkan Zahra sendirian, tapi mau bagaimana lagi. Dia demam mungkin karena keseringan hujan-hujanan beberapa hari ini.Kembali dari pasar, Naima bertemu Dewa di depan rumahnya. Sepagi itu dia sudah bersiap pergi. Naima berhenti sejenak."Dari mana, Mbak?""Dari pasar, Mas. Saya mau mengucapkan terima kasih untuk hadiahnya Zahra. Banyak yang Mas Dewa kasih untuk kami. Saya yang nggak enak hati.""Nggak apa-apa, Mbak. Nggak perlu sungkan. Anak itu kalau sekarang masih ada, pasti sudah seusia Zahra."Mendengar kalimat itu Naima terhenyak sesaat. Satu rahasia terungkap dari sosok misterius ini. Anaknya ke mana? Jadi dia lelaki yang sudah menikah dan punya anak. Tapi kata teman-teman di dapur, belum pernah melihat siapapun datang ke rumah itu, selain teman lelakinya."

"Papa," suara lirih itu membuat Naima terbangun. Zahra mengigau."Papa," ulang Zahra sekali lagi yang membuat Naima tersentak. Kerinduan yang begitu dalam pada sosok ayah sambungnya bahkan ikut terbawa ke dalam tidur.Naima mengusap kepala Zahra perlahan, lalu mengecup keningnya. Dadanya seperti teremas. Suatu hari nanti, ia akan memberitahu siapa ayah kandungnya Zahra. Biar Zahra juga mendoakannya. Sekarang Zahra masih terlalu kecil. Belum sanggup membuatnya kecewa dan berpikir berat tentang kenyataan hidup yang kini mereka hadapi.Malam semakin larut. Naima tak bisa lagi memejam. Ia memandang langit-langit kamar yang berjamur, temboknya mulai mengelupas. Di luar dunia seolah menangis bersama hatinya."Bagaimana aku bisa bangkit dari semua ini?" bisiknya pelan. Sedangkan ada Zahra yang tidak tega untuk ditinggal.Ia memikirkan pekarangan dan rumah peninggalan orang tuanya. Lahan itu yang bisa untuk modal. Tapi dia tidak memiliki pengalaman bisnis. Jika gagal malah akan membuatnya keh

SETELAH AKU KAU MILIKI- 19 Pertemuan Anak-anak sudah duduk rapi di kelas, termasuk Zahra yang masih menghapus sisa air mata di pipinya dengan punggung tangan mungilnya.Bu Tari yang baru masuk, memperhatikan dari meja guru. Tatapannya langsung tertuju pada Zahra yang baru duduk di bangkunya."Zahra, kamu kenapa menangis?" tanya Bu Tari dengan suara lembut sambil mendekati meja anak didiknya.Zahra menatapnya dengan mata yang masih sembab, tapi senyumnya lebar sekali. "Enggak apa-apa, Bu. Zahra senang karena Papa Zahra datang menemui Zahra. Papa nungguin di luar sekarang." Ia menunjuk ke arah luar kelas.Bu Tari menatap anak kecil itu. Di matanya terpancar kebanggaan sekaligus kerinduan yang menumpuk. "Oh, jadi papamu datang, ya?""Iya, Bu. Papa bilang mau nunggu Zahra sampai pulang sekolah nanti."Wanita itu tersenyum. "Wah, senangnya. Sekarang kita lanjutkan belajar dulu, ya."Zahra mengangguk. Meski sudah mengeluarkan bukunya, Zahra bolak-balik memandang ke arah pintu. Semoga papa

Wanita itu menceritakan pertemuannya dengan Emir."Saya rasa dia memang mencari kalian, Nai. Ditemui saja. Nggak mungkin selamanya akan kamu biarkan keadaan begini terus. Kalian harus bicara."Nggak semua orang tua tiri sesayang itu sama anak tirinya. Zahra termasuk beruntung karena papa tirinya sangat sayang sama dia. Bisa dikatakan Zahra lebih beruntung dari saya."Waktu kecil saya hanya mendapatkan barang bekas dari saudara tiri saya. Bapak baik kalau ada maunya. Beliau baik karena saya paling manut kalau di suruh-suruh." Bu Kus diam sejenak. "Semoga bapak kandung saya dan bapak tiri saya mendapatkan tempat yang indah di sisi-Nya, Nai. Seburuk apapun perlakuan mereka, tapi beliau yang membesarkan saya."Temui saja suamimu. Bicarakan baik-baik hubungan kalian." Naima mengangguk. Bu Kus menepuk bahunya lantas beranjak kembali ke rumah. Wanita itu tinggal berdua sama Pak Kus yang sudah sepuh dan jarang keluar rumah. Paling keluar kalau ke Masjid. Itu pun naik motor.🖤LS🖤Jam tiga s

"Dugaanmu salah, Nai. Apa yang Mas lakukan murni untuk Aurel. Jika sampai Yesi bertindak lain, nggak ada hubungannya dengan Mas."Percakapan mereka terhenti saat Zahra kembali karena gerimis. Di hadapan putrinya, Naima menunjukkan kalau dirinya baik-baik saja. Zahra begitu senang menceritakan pada Emir tentang teman-teman barunya."Zahra kalau pergi mengaji naik sepeda, Pa. Rame-rame bareng teman.""Zahra, punya sepeda?""Iya, dikasih sama Bu Kus."Emir menelan saliva. Perih kembali menusuk dada. "Siapa Bu Kus?""Pemilik toko tempatku kerja dan yang memberi kami tempat tinggal," jawab Naima."Sepedanya nggak baru, tapi masih bagus, Pa.""Nanti Papa belikan yang baru."Zahra mengangguk. "Kapan Papa datang ke sini lagi?""Papa akan sering datang untuk bertemu Zahra dan Mama. Zahra, mau kan tinggal bareng Papa lagi?"Zahra diam. Sepertinya dia bingung hendak menjawab. Dia sangat sayang dengan papanya, ingin tinggal bersama seperti teman-teman yang hidup serumah dengan kedua orang tuanya