"K-Kai, sepertinya aku harus pulang sekarang," ujarku, terburu-buru berdiri dan mengemasi barangku. "Ada apa? Kenapa kamu terlihat gugup, Sherry?"Kaiser ikut berdiri, mengulurkan ponselku, yang segera kumasukkan ke tas. "Kak Aresh... menyuruh pulang.""Ayo, aku antar."Kaiser dengan sigap menawarkan diri, tapi aku segera menggeleng. "T-tidak! Jangan. Kak Aresh akan semakin marah kalau tahu aku keluar bersama kamu, aku pulang dulu!" tolakku, cepat. "Baiklah, baiklah. Tapi aku pesankan taksi, ini sudah malam, aku khawatir ada apa-apa," jawab Kaiser, mengikuti langkahku yang tergesa-gesa. Aku mengangguk dan segera mengucapkan terimakasih. Begitu aku sampai rumah, pintu langsung terbuka dan Aresh berdiri di sana, wajahnya sangat keras, bukan sekadar marah… tapi muak.“Beri aku penjelasan, Sherry,” ucapnya tanpa basa-basi. “Kenapa kamu dapat nilai D, tapi bukannya pulang dan belajar, kamu malah keluar sampai malam dengan Kaiser?”Tubuhku kaku, tak sanggup menjawab cecaran Aresh.
Terakhir Diperbarui : 2025-12-08 Baca selengkapnya