Langkahku berat dan terburu-buru, suara tangisku nyaris menenggelamkan suara hujan di luar. Aku tak tahu harus ke mana—ingin ke kamarku, ingin sembunyi, ingin pura-pura semuanya tak terjadi. Tapi di belakangku kudengar langkah kaki cepat menyusul.“Sherry, tunggu!”Suara itu membuatku berhenti di ujung lorong. Nafasku tersengal, pundakku bergetar. Aku tidak mau menoleh, tapi tiba-tiba tangan hangat menahan lenganku dari belakang.“Lepas, Arsion,” kataku pelan tapi keras, mencoba menarik tanganku.“Nggak,” jawabnya cepat, suaranya berat, seolah menahan sesuatu yang mendesak keluar dari dadanya. “Aku salah bicara tadi. Tolong, jangan pergi seperti ini.”Aku menoleh perlahan, mataku sudah basah, wajahku pasti berantakan. Tapi dia tidak berpaling. Tatapannya dalam, penuh rasa bersalah yang belum pernah kulihat darinya sebelumnya.“Sherry, aku nggak bermaksud kasar tadi,” katanya dengan napas teratur tapi nadanya menurun. “Aku cuma bingung, dan bodohnya aku malah nyakitin kamu.”Aku mengg
Last Updated : 2025-11-05 Read more