All Chapters of Mencuri Hati Tuan Hamish: Chapter 11 - Chapter 20

“Semua orang mencarimu, dan kamu malah bersembunyi di sini.” Hamish berkata seraya membuka lembar-lembar buku sketsa milik Kalea.“Jam berapa sekarang? Saya ketiduran! Saya belum merapikan makan malam Tuan.” Kalea grasak-grusuk. Sementara itu, Hamish justru duduk santai di kursi lipat kosong di sebelah Kalea.“Jangan cemas, semua tugasmu sudah dikerjakan Diana. Sekarang sudah jam sepuluh.”“Apa? Jam sepuluh?” Kalea memekik kaget.Hamish tidak menanggapi. Perhatiannya terpusat pada salah satu halaman buku sketsa. Sampai kemudian, dia melihat satu gambar yang membuatnya terdiam cukup lama.“Apa ini… aku?”DEG!Jantung Kalea serasa berhenti berdetak saat Hamish menanyakan hal itu. Ia baru teringat sesuatu!Gadis itu membeliak dan langsung berusaha merebut buku sketsanya. Namun, dengan cepat Hamish menjauhkan buku tersebut hingga tak terjangkau Kalea. “Kamu diam-diam menggambarku?” Hamish berdiri dengan satu tangan menahan buku tinggi-tinggi. “Kenapa menggambarku tanpa izin?”“I-Itu…” Ka

Pria itu melumat dan menyesap bibir Kalea bergantian. Atas dan bawah, bergelora penuh desakan. Bahkan lidahnya ikut merangsek, menelusup mencari-cari lidah Kalea yang pasif, tak bergerak.Kalea kewalahan. Napasnya memburu, dadanya naik-turun tak terkendali. Ia belum pernah merasakan ciuman sama sekali. Semua terasa asing, terlalu cepat, terlalu mendebarkan. Gadis itu hanya bisa megap-megap, lalu pasrah. Membiarkan dirinya hanyut pada arus yang Hamish ciptakan untuknya.Tautan bibir mereka terlepas sejenak. Hamish mundur, menatap wajah Kalea yang memerah padam, rambutnya sudah berantakan. Napas pria itu berat, tersengal, namun tatapannya masih begitu membakar. Tanpa berkata apa pun, ia menggamit lengan Kalea untuk berdiri, lalu kembali meraih bibirnya.Kali ini, ciuman Hamish tak seburu-buru sebelumnya. Pria itu jauh lebih lembut dan perlahan seperti tahu bahwa lawannya masihlah sangat amatir. Dan kali ini, Kalea dengan malu-malu mulai membalas ciuman pria itu. Keduanya saling berpagut

Hamish mundur selangkah ketika Kalea datang dengan langkah mengentak-entak. Cuping hidung gadis itu mengembang, dadanya naik turun, dengan kedua tangan mengepal erat. Belum lagi tatapannya yang tak pernah putus penuh sorot permusuhan.“Le—” Hamish hendak menegur ketika Kalea sudah di depan matanya. Namun, tanpa diduga, gadis itu malah melengos galak dan pergi begitu saja.Hamish mengerjap. Bingung. Ia pun menoleh menatap punggung Kalea yang menjauh.“Kenapa dia menakutkan sekali?” ucapnya, lalu bergegas pergi.Demi memadatkan jadwal hari itu yang sebelumnya sudah dikosongkan, ia rela pergi menghadiri undangan sebuah pameran rancangan busana. Pameran tersebut digelar oleh beberapa perusahaan apparel, termasuk perusahaan apparel milik mendiang ibunya yang hingga kini masih berjalan di bawah naungan grup usahanya.“Setelah ini kemana?” tanya Hamish pada Jordi.“Kita menemui Mr. Bai. Beliau sudah ingin bertemu dengan Anda dari minggu lalu.” Jordi menjawab dengan muka sedikit ditekuk. Meme

Di kantor, Jordi membantu mengoles salep ke bekas gigitan Kalea di tangan Hamish. Meski tak sampai berdarah, tetapi tangan Hamish lecet dan terasa perih.“Gadis itu benar-benar! Dia pikir dia vampir?” gerutu Hamish. “Tapi, dia tak punya rabies, kan?”“Kalea bukan anjing, bukan monyet, bukan juga kucing, Tuan.” Jordi menahan senyum.Hamish berdecak, lalu memasang tampang kesal. “Aku harus kasih pelajaran,” ucapnya. Walaupun setelahnya bingung. Pelajaran seperti apa yang akan diberikan pada Kalea.“Apa saya saja yang memberikan pelajaran buat Kalea? Gadis itu sudah melewati batas. Selama ini belum pernah ada yang berani seperti ini pada Tuan. Mungkin bisa diberi hukuman yang sama seperti pada orang-orang yang sering merugikan Tuan.”“Apa? Tidak!” Hamish langsung berseru.“Mengapa? Apa ada pengecualian untuk Kalea? Apa … karena ….”“Jangan berpikiran yang tidak-tidak! Aku tahu arah pertanyaanmu. Aku hanya tak tega padanya. Dari awal, aku berbuat baik padanya karena iba. Itu saja! Sudah,

Kalea tak henti tersenyum. Kabar soal beasiswa jalur seleksi bakat itu terus memenuhi kepalanya. Ada asa yang membuatnya merasa lebih bersemangat. Ia merasa punya tujuan baru dalam hidupnya.Kalea bernyanyi riang sembari membersihkan ruang baca Hamish yang jarang tersentuh itu. Ruang berdebu penuh rak yang disesaki buku tersebut mendadak terasa indah di matanya.Ia tak masalah sama sekali membersihkan ruang baca malam ini meski harus bergadang sampai larut sekalipun. Ia rela agar esok memiliki waktu semakin luang dan bisa membahas lebih banyak soal info beasiswa dengan Bobby.“Apa sesenang itu bertemu laki-laki di luar sana?”“Huaaaaah!” Kalea terperanjat dan seketika berteriak kaget. Tiba-tiba saja ada wajah Hamish muncul di sela-sela rak dengan muka galak.Saking terkejutnya, Kalea sampai terjengkang. Punggungnya menabrak rak di belakangnya hingga beberapa buku berjatuhan dan menimpa kepalanya.“Arrrgghhhhh!” Kalea menjerit kesakitan sambil memegangi kepalanya.“Tuan?” Kalea menatap