Yang satu tinggi besar, yang satu se-level bahunya. Jati. Dan di sebelahnya, sahabatnya sejak di AKMIL: Kapten Tedi. Tatapan Jati langsung tertuju pada Gandes. Dalam. Terkejut. Seolah melihat hantu di siang bolong. Kapten Tedi menoleh, menangkap perubahan drastis di wajah sahabatnya. Ia menyikut Jati keras, kekehan rendah lolos dari bibirnya. "Tatapanmu sampai segitunya," katanya. "Baru kali ini aku lihat kamu begini." Jati memalingkan wajah cepat, wajahnya memerah—entah karena marah, malu, atau keduanya. "Diam kau, Ted," gumamnya. Namun satu hal tak bisa disembunyikan: Jati tidak berkedip saat menatap Gandes. Dan Gandes tahu. Ia tahu tatapan itu. "Kenapa aku ngerasa dia menatapku dengan cara yang lain sekarang?" bathin Gandes bingung. " Oh, Tuhan, jangan biarkan dia jatuh cinta sama aku. Kumohon!" "Yakin kamu suka itu? Bukan tipe kamu banget," bisik Kapten Tedi sambil menahan tawa, "badannya saja kayak barbi begitu. Kamu biasanya suka yang kayak gitar Spany
Last Updated : 2025-11-28 Read more