Lahat ng Kabanata ng Legenda Tongkat Semesta: Kabanata 11 - Kabanata 20

Secara diam-diam, Ki Cokro juga sering memperhatikan Lintang yang gigih menjalani hidupnya, tidak peduli semua orang merendahkannya, dia tetap dengan rela bekerja menyediakan makan untuk semua murid di perguruan.Lintang juga tidak mengeluh ketika sebagian tetua memperlakukannya dengan keras, dia bahkan sering mengirimkan tetua tersebut ramuan obat-obatan yang berguna bagi para muridnya secara diam-diam.“Beri hormat kepadanya, Ki Cokrolah yang kini akan jadi gurumu.” ujar Ki Ageng memberi perintah.Lintang terdiam tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, dia menatap Ki Ageng kemudian beralih menatap Ki Cokro, selanjutnya pemuda itu turun dari dipan dan bersujud 3 kali dibawah kaki Ki Cokro.“Hahaha, tidak pernah kusangka, untuk pertama kali, akhirnya aku mengangkat seorang murid,” Ki Cokro tertawa melihat Lintang bersujud melakukan ritual pengangkatan murid.“Bangunlah bocah, untuk beberapa bulan ke depan, kau akan mendapat pelatihan keras dariku.” ucap Ki Cokro meminta L

Selama 4 hari Lintang terus berlatih membiasakan tubuhnya dengan tekanan air terjun, satu demi satu anggota tubuhnya sudah dapat masuk dalam pusat air.Lintang akan berlatih lebih keras ketika malam, dia berpikir jika tubuhnya terbiasa dengan tekanan yang sangat berat, maka dia akan mudah melawan tekanan air ketika siang.Dan benar saja, di saat siang hari, seluruh tubuhnya sudah dapat memasuki pusat air terjun, dia akan bertahan di dalam sana hingga matahari tenggelam, dan pada malam hari dia akan kembali melatih tubuhnya secara bertahap, bagian demi bagian.Pada hari ke-8, akhirnya Lintang mampu bertahan di dalam pusat air terjun, baik siang ataupun malam hari.Selanjutnya pemuda itu tidak pernah keluar lagi dari pusat air terjun, selama dua puluh hari dia duduk bersila melawan tekanan air yang kini terasa ringan.Latihan yang diberikan gurunya selama 20 hari, kini Lintang jalani selama 28 hari. Lintang keluar dari pusat air terjun, saat tiba-tiba suara Ki Cokro terdengar di pikiran

Namun yang membuat dia terkejut adalah beruang gendut, hewan itu memiliki perkembangan kekuatan jauh melampaui muridnya.Sedikitpun dia tidak mengira bahwa beruang yang selama ini dipelihara Lintang adalah salah satu dari hewan siluman.Entah dimana pemuda itu menemukan Limo, Ki Cokro yakin Limo bukan berasal dari alam manusia.Satu hari berlalu, Ki Cokro telah sampai di perguruan, dia membawa Lintang ke kediaman Ki Ageng.Seharian Lintang tidak sadarkan diri, tubuhnya benar-benar kehabisan energi. Masayu menyambut Ki Cokro dengan bahagia.Setelah dua bulan akhirnya dia dapat bertemu lagi dengan Lintang, namun dia kesal Lintang pulang dengan keadaan pingsan.“Dasar tidak berguna, dia begitu senang membuat aku khawatir.” Masayu mengumpati Lintang yang kini sudah terbaring di salah satu ruangan di kediaman ayahnya.“Bagaimana perkembangannya,” tanya Ki ageng kepada sahabatnya.“Hahaha, dia pemuda yang luar biasa, aku beberapa kali dibuat terkejut olehnya.” jelas Ki Cokro seraya tertawa,

Seleksi murid digelar dengan begitu meriah, dari sekian banyak murid awan selatan, hanya 2000 orang saja yang mendaftar sebagai peserta.Mereka dibagi menjadi 20 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 100 orang, selanjutnya setiap perserta dalam satu kelompok ditarungkan secara bebas dalam satu arena hingga tersisa 40 orang.Bangga Sora tentu saja lolos dalam tahap penyisihan ini, berikut ke-lima temannya, mereka dengan mudah menghajar peserta lain hingga menyisakan 40 orang.Selanjutnya mereka akan memasuki seleksi tahap ke-2, dimana setiap peserta yang lolos, akan ditarungkan satu lawan satu dengan peserta dari kelompok lain.Seleksi terdiri dari 3 tahap, dimana setiap tahapnya memiliki kesulitan tersendiri, dari 2000 peserta pendaftar, kini hanya tersisa 400 orang lagi yang akan memasuki tahap ke-3.Tahap ke-3 dalam seleksi murid adalah ujian mental, dimana setiap peserta akan memasuki ruangan yang dipenuhi serbuk ilusi.Ruangan itu akan menampilkan ketakutan sejati dari set

Masayu dan Bangga Sora mengutuki perbuatan Suwarna, dimana dia salah memilih meminjamkan pedang.Begitu juga Madu Ladang, dia merasa pemuda aneh itu tengah dalam bahaya dimana serangan gadis sinis itu memiliki niat membunuh.Lintang masih berusaha mencabut pedang, dia bingung kenapa pedang tersebut sangat susah dicabut.Lintang membungkuk menjepit ujung sarung pedang dengan kedua kakinya, kedua tangannya kuat menggenggam gagang.Menggunakan aliran pernafasan, pemuda itu menarik gagang pedang sekuat tenaga, berharap pedang itu akan tercabut.Kecepatan gadis yang menjadi lawannya sangat luar biasa, gerakannya hampir tidak terlihat oleh orang lain.Saat ujung pedang gadis itu sedikit lagi akan mengenai kepala Lintang, pemuda itu berteriak kencang, “Keluarlah! Pedang sialan.”Hal mengejutkan pun terjadi, semua penonton menganga menyaksikan itu, Suwarna membuka mata lebar tidak percaya.Misantanu, Silah dan Tanwiara juga demikian, mereka tidak pernah melihat hal yang semacam ini seumur hid