Beras itu… bisu. Dan dalam kebisuan itu, Radit mendengar gema dari kiamat yang lebih sunyi daripada ledakan mana pun. Kepanikan yang dingin, lebih dingin dari lumpur rawa yang tadi membelenggunya, merayap naik ke tulang punggungnya. Seluruh perjuangan, pelarian yang mempertaruhkan nyawa, ledakan di angkasa, dan pendaratan darurat yang meremukkan tulang—semuanya terasa sia-sia, menguap menjadi kehampaan di telapak tangannya.“Apa maksudmu bisu?” Suara Luna memecah keheningan yang tegang. Ia melangkah maju, nadanya tajam menuntut penjelasan, bukan menerima kepasrahan. “Beras tidak bisa bicara, Dit.”“Jiwanya,” bisik Radit, matanya masih terpaku pada butiran-butiran pucat itu. “Seharusnya aku bisa merasakan sejarahnya. Panas matahari jutaan fajar, dinginnya embun ribuan malam. Tapi ini… kosong. Seperti cangkang indah tanpa mutiara.”Adrian, yang lengannya baru saja selesai dibalut, mendekat dengan langkah pincang. Ia mencondongkan tubuhnya, menatap beras itu dengan tatapan seorang anali
최신 업데이트 : 2025-11-30 더 보기