Semua Bab Skandal Satu Malam Bersama Pak Dosen: Bab 31 - Bab 40

Shopping date bersama pasangan mungkin adalah hal yang paling diidamkan oleh sejumlah wanita di seantero dunia, tetapi berlaku hanya jika pasangan itu adalah sosok yang dicintainya sepenuh hati. Lain hal dengan yang Agnia jalani dan rasakan. Alih-alih gembira diajak belanja bulanan oleh sang pria, yang ada, sepanjang waktu ia sibuk menekuk mukanya saja tanpa berminat membuka percakapan dengan pria matang di sebelahnya. “Kamu yakin tidak mau membeli sesuatu?” Untuk kesekian kalinya, Irgi melayangkan tanya serupa pada sang wanita yang sedari tadi hanya mengekornya dari samping. Melirik sekilas dengan delikan mautnya, Agnia yang berusaha teguh pada pendiriannya pun lantas menjawab, “Gak! Saya lagi gak minat beli apapun.” “Ya sudah. Tapi, kalau kamu berubah pikiran, bilang saja,” ucap Irgi tak ambil pusing. Kemudian, ia tampak berfokus lagi pada setiap rak yang dilewatinya sambil mendorong troli yang sudah terisi seperempatnya oleh sejumlah barang yang ia ambil seperlunya. Seharusnya

Suasana mendadak canggung. Hasrat yang semula mencuat ke permukaan pun seketika menguap tatkala mendengar pernyataan sang wanita mengenai penolakan dan urusan perasaannya. Menyebabkan Irgi tampak bergeming, di tengah ia yang menjadi tak berselera untuk melanjutkan rencananya bermalam di apartemen.“Saya akan antar kamu pulang sekarang,” celetuk Irgi datar. Dilanjut dengan ia yang menarik dirinya keluar dari mobil, lalu berjalan memutari muka mobil untuk kembali masuk ke pintu kemudi.Selagi itu, Agnia yang terpaksa harus beralih ke kursi penumpang pun tampak kikuk sambil sedikit tergeragap. Bersamaan itu, Irgi sudah duduk di kursi kemudinya dan sigap menyalakan starter tanpa pikir panjang lagi.Agnia yang masih kaget dengan sikap sang dosen pun hanya bisa termangu. Bahkan ia tak sempat melayangkan kalimat apapun dikarenakan mobil keburu Irgi lajukan meninggalkan areal parkir gedung apartemennya. Keadaan tampak lebih sunyi di sepanjang jalan yang mereka lalui. Walau di luar terasa bis

“Tenang, Agnia. Ini saya…” ucap sebuah suara tepat di belakang telinga Agnia. Dalam sekejap, menghentikan gerakan meronta Agnia yang kala ini tengah menoleh dramatis ke arah belakangnya. Untuk sesaat, Agnia hanya bergeming ketika mendapati seraut wajah tampan yang saat ini memeluknya dari belakang. Bersamaan dengan itu, dua orang polisi datang menyergap kedua pemuda yang sedari tadi mengejar sang wanita. Ditambah satu pemuda bertindik yang juga sudah dilumpuhkan lebih dulu oleh polisi lainnya yang dikerahkan. “Ampun, Pak! Jangan bawa saya ke penjara. Saya belum sempat ngapa-ngapain, kok,” ujar si pemuda gondrong mengiba. Akan tetapi, polisi yang menangkapnya sudah keburu memborgol kedua tangannya dari belakang. Membuat para pemuda itu tak bisa berkutik, selagi polisi mulai menggiring mereka menuju mobil khusus penangkapan. “Bro, gue balik ke markas ya! Sekalian mau urus berandalan itu biar pada kapok,” seru seorang pria berpenampilan rapi. Dia adalah Surya, teman Irgi yang berpro

“Jadi, apa jawabanmu?” Agnia masih bergeming. Telah terjadi pergulatan batin di dalam dirinya. Antara logika yang ingin Irgi melanjutkan sentuhannya, tetapi hati kecil berteriak-teriak seolah menyadarkan. ‘Sadar, bego! Dia udah beristri. Lo cuma bakal dicap sebagai pelakor murahan kalo pagi ini lo terima dia buat nyentuh lo!’ Refleks, menyadarkan sang wanita bahwa tidak seharusnya ia berada dalam posisi yang tidak se-menguntungkan ini. “Agnia!” Sentak Irgi gemas. Sudah hampir 5 menit lamanya pria ini menunggu, tetapi belum juga ada jawaban yang pasti dari wanita di bawahnya ini. “Maaf, Pak. Sa-saya gak bisa,” cicit Agnia pada akhirnya. Mendengar itu, Irgi spontan mengernyit seiring dengan hasrat yang kembali menyurut. “Lagi?” Pekik Irgi menatap kecewa. Sesegera mungkin, Agnia mendorong Irgi dari atasnya. Kemudian, dengan cepat pula ia menarik selimut guna menutupi bagian atas tubuhnya yang sudah terekspos gara-gara ulah Irgi sebelumnya. “Apa yang membuatmu selalu menolak saya,

Setelah sedikit berhasil menenangkan diri pasca diberi syok terapi oleh kenyataan pahit mengenai nilai mata kuliah yang menurun drastis, Agnia lalu berpikir untuk menemui sumber dari segala penyebab nilainya yang anjlok pada bulan kemarin. Entah kenapa, tetapi Agnia memiliki keyakinan penuh bahwa ini bisa jadi merupakan sabotase nilai yang dilakukan oleh dosen menyebalkan yang akhir-akhir ini tak mengganggunya. Setelah dicerna dan diingat kembali, dari sekian banyaknya mata kuliah yang berjejer, ternyata memang hanya deretan nilai dari satu mata kuliah itu saja yang menurun drastis.Membuat Agnia mengambil satu kesimpulan, bahwa sang dosen seolah sengaja menyabotase semua nilainya agar Agnia tidak bisa lepas dari dirinya lagi. “Permisi!” Seru wanita itu sesampainya di depan ruangan dosen. Kebetulan sekali keadaan sedang sepi dikarenakan ini masih jam mengajar bagi kebanyakan dosen yang bertugas. Namun di meja paling ujung, Agnia lihat sang pria tengah duduk dengan tenang sambil mem