Theo baru saja akan melangkah pergi dari pekarangan rumah nenek Agnia, di kala ponselnya berdering hingga dengan sigapnya ia merogoh benda tersebut seraya melihat cepat nama pemanggil yang tertera di ponsel.“Finally, Nia!” Pekiknya lega. Buru-buru, ia tempelkan ponsel itu ke telinga kanannya. “Ya, Nia. Kamu di mana?” Tanya Theo to the point. “Aku on the way, kamu bisa tunggu aku di halte dekat rumah, Theo,” ujar sang wanita memberitahu. Sejenak, hal itu sedikit berhasil membuat kening Theo berkerut. “Halte dekat rumah? But, why? Maksudku, kenapa kamu gak jadi share loc…”“Theo, please! Gak usah banyak tanya dulu bisa? Paling nggak, aku udah jalan menuju pulang sekarang.”Theo mendesah pelan. Sepertinya, ia memang tidak seharusnya banyak melayangkan tanya di saat begini. Dengan Agnia berbicara aku-kamu saja lagi harusnya Theo sudah cukup bersyukur, bukan?“Oke, Nia, aku ngerti. Ya udah, aku on the way ke halte sekarang kalo gitu. See you there!” Pungkas Theo setuju. Tidak lama dari
Terakhir Diperbarui : 2025-11-12 Baca selengkapnya