"Andai aku bisa, Mas," lirih Dina, menatapnya dengan pandangan sayu, dipenuhi rasa tidak berdaya."Kamu bisa. Kamu hanya butuh keberanian."Tepat setelah kata-kata itu diucapkan, Dina merasakan kehangatan pekat Davin membanjiri bagian dalamnya. Ia mengejang kuat, meremas sprei dengan seluruh tenaganya, dan mendesah panjang. Davin juga mencapai pelepasan, tubuhnya menegang di atas Dina.Napas Davin memburu, bibirnya dekat telinga Dina. "Kamu hanya perlu menerima uluran tanganku, Dina. Maka aku akan jadi suamimu, seperti yang kamu impikan."Setelah mengatakan itu, Davin merebahkan dirinya, menarik Dina erat ke dalam pelukan. Dina segera membalas, tangannya mengusap tengkuk dan kepala Davin penuh sayang. Matanya meredup lega, ia mengusap sisa air mata yang bercampur peluh di wajahnya."Aku cinta kamu, Mas," lirih Dina, mengecup ujung pelipis Davin, menegaskan komitmennya dalam keheningan yang tersisa.–Dina melangkah keluar dari ruang kerja Davin, perasaannya masih terbuai dan mel
Last Updated : 2025-12-01 Read more