“Aku... ehm, aku hamil.”Mark mematung. Tak sesenti pun dia bergerak. Namun, pupil matanya melebar, selaras dengan kulit wajahnya yang perlahan-lahan mulai pucat pasi.“Kau...,” Mark menjeda suaranya.Jakun pria itu tampak bergerak naik dan turun secara konstan, menandakan dia menelan ludah beberapa kali, sebelum kemudian bertanya tajam, “Apa kau tidak mengonsumsi pil yang kuberikan?”“Te-tentu saja aku mengonsumsinya. Sungguh, aku selalu mengonsumsinya. Tapi... kurasa itu tidak bekerja.”“Tidak, tidak. Tidak mungkin,” gumam Mark, menegakkan posisi berdirinya, dan mundur setengah langkah. “Tidak mungkin kau hamil, Anna. Kau pasti salah. Apa kau sudah memastikan dengan—”“Aku sudah periksa dua kali ke dokter kandungan, Mark,” potongku.Mark terdiam.“Sekarang usia kandunganku... sudah berjalan tiga bulan.”Dia semakin terdiam. Bahunya yang biasanya sangat tegap, sedikit merenggang, seolah ucapanku membuatnya terlampau syok sampai lemas.Aku menggigit bibir bawahku sendiri, tertegun ber
Last Updated : 2025-12-28 Read more